Nama : Edi Siprawadi
Nim. : 2003401051082
Kajian 3
1. Keesaan Allah
Dalam
pemaparannya mengenai aqidah ashhāb al-hadīts dan ahl al-sunnah,
Al-Asy’ari menulis ”bahwa Allah SWT. Tuhan Yang Esa (Wahid), Tunggal
(Fard), Maha Mutlak (Shamad) tidak ada tuhan selain-Nya.” Dalam
membuktikan keesaan Allah SWT. al-Asy’ari menggunakan argumentasi
rasional yang didasari atas ayat al- Qur’an. Misalnya, ketika
menjabarkan konsep tauhid, al-Asy’ari terlebih dahulu mengutip surah
al-Syura ayat 11 dan surah al-Ikhlas ayat 4 yang dilanjutkan dengan
argumentasi rasional berdasarkan dua ayat di atas.14 Dalam bukunya yang
lain, al-Asy’ari memaparkan terlebih dahulu pembuktian mengenai keesaan
Allah SWT. dan kemudian diakhiri dengan kutipan surah al-Anbiya’ ayat
22.15
Pendekatan yang digunakan al-Asy’ari dalam memaparkan argumentasi
pembuktian tauhid dan aspek aqidah yang lain, dengan demikian,
menggabungkan dalil tekstual dan penalaran rasional. Suatu hal yang
kemudian menjadi ciri pengikutnya
2. Kebebasan berkehendak
Sayyid
Mujtaba Musawi mengutip Imam Ali bin Abi Thalib dalam kitab Nahjul
Balaghah pernah ditanya apakah Allah mengatur perbuatan manusia dan juga
mentakdirkan sepenuhnya nasib manusia, Imam Ali menjawab, “Seandainya
segala perkara seperti itu dan setiap ketentuan sudah diputuskan (dimana
manusia tidak memiliki kehendak bebasnya,) maka batallah hukum pahala
dan dosa, gugurlah janji dan ancaman yang dibawa oleh Nabi Muhammad,
sesungguhnya Allah Ta’ala telah memerintahkan hamba-hambanya dengan
memberikan kebebasan memilih (takhyīran)” (Musawi, 2004).
Dengan
berdasarkan keterangan dari Imam Ali di atas, menyiratkan bahwa
sebenarnya kebebasan adalah fitrah manusia. Manusia diberikan kebebasan
mutlak untuk memilih dan mengambil jalan hidupnya. Sebab, jika manusia
terkurung secara ketat oleh “qadar” atau takdir Tuhan, maka secara logis
manusia tidak memiliki pilihan dalam hidupnya, sehingga tidak berguna
para Nabi atau ulama menerangkan kepada manusia.
Dalam pandangan
Islam, manusia pada dasarnya adalah makhluk yang bebas. Ia bebas untuk
berpikir, bertindak, dan untuk memilih apa yang menjadi pilihannya. Ia
bebas pula dalam mencari kebahagiaannya. Sebab, hanya dengan kebebasan
kita meyakini tentang tanggung jawab dan pilihan atas tindakan manusia.
3. Akal dan wahyu merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan dari kedua tokoh ini. Akal merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk binatang, sedangkan wahyu adalah petunjuk bagi akal. Keduanya sama-sama berpegang kepada wahyu, namun berbeda dalam interpretasi mengenai teks ayat-ayat Alquran dan hadits.