Memahami hakikat aswaja perspektif historis tidaklah bisa diabaikan. Tentu,
tidak dengan cara memahami dan menghayatinya secara pasif, stagnan, lebih-lebih
mengkultuskannya (sebagai doktrin). Lebih dari itu, bermaksud ingin
memposisikannya sebagai hazanah peradaban hidup yang dinamis dan progresif yang
senantiasa terbuka untuk melakukan proses dialektika sesuai dengan tuntutan
situasional dan kondisional kerangka pemahaman anak zaman yang dominan. Dengan
cara itu, sifat dinamis hazanah peradaban mulai dari bagaimana para ulama dan pakar
ketika itu mengkonsepsikan, mendoktrinkan, dan mengimplementasikannya sebagai
wujud tesis mereka yang monumental kala itu, hingga melahirkan antitesis-antitesis
dan sintesis-sintesis baru yang menzaman. Logika di atas mengantarkan suatu
pemahaman bahwa tidak ada sesuatu yang kekal, tetap dan bertahan di dunia ini
kecuali perubahan-perubahan itu sendiri.