kajian ke 4

kajian ke 4

kajian ke 4

oleh 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I -
Jumlah balasan: 19

jelaskan doktrin Aqidah Aswaja al-Maturidi beriut:

1. Akal dan wahyu 

2. Perbuatan manusia   

3. Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan   

4. Sifat Tuhan 

Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051028 NOVA ELIZA -

1. Tentang Kemampuan Akal dan Fungsi Wahyu Menurut Al-Maturidi akal manusia mampu mengetahui (ma’rifat) Allah. Karena hal ini sesuai dengan perintah Allah kepada kita agar selalu memikirkan kekuasaannya baik di langit maupun di bumu. Sebab hal ini akan menyampaikan manusia untuk menqetahui dan mengimaninya. Begitu pula akal manusia semata dapat mengetahui baik dan buruk. Akan tetapi akal manusia tidak dapat mengetahui kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang jahat atau buruk (Al-Ahkam at-taklifiyyah).

2. Maka faham Al-Maturidi menyatakan, bahwa segala sesuatu termasuk perbuatan manusia adalah diciptakan Allah sesuai dengan firmannya: (والله خلقكم وما تعملون (الصفا ت:96 Lantas timbul permasalahan, bagaimana cara memadukan konsep adanya usaha manusia dan konsep perbuatan manusia itu sebagai ciptaan Allah ciptaan Allah? Untuk menjawab permasalahan ini Al-Maturidi seperti Al-Asy’ari, menggunakan term al-Kasb.

3. Aliran Maturidiyah bukhara berpendapat bahwa kekuasaan tuhan bersiafat mutlak dan hanya dimiliki oleh tuhan. Tuhan berbuat apa yang dikehendakinya, dan tuhan tidak berbuat apa yang tidak dikehendakinya serta menentukan segalagalanya. Tuhan tidak memiliki kewajiban apapun terhadap manusia, dan tidak ada zat apapun yang dapat menentang atau melarang tuhan untuk berbuat sesuatu. Tuhan tidak mungkin melanggar janji-janjiNya, memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan menghukum orang yang berbuat jahat.

4. Tentang Sifat Allah Mengenai pendapat Maturidi tentang sifat-sifat Allah ini terdapat dua penjelasan yang berbeda. Harun Nasution menjelaskan, Maturidi sependapat dengan Asy’ari bahwa Allah mempunyai sifat-sifat, yang lain dari zatnya. Kata Maturidi Allah mengetahui bukan dengan Zat-Nya tapi dengan pengetahuannya (dengan sifat pengetahuan) dan berkuasa bukan dengan zatnya. Penjelasan yang berbeda tentang ini diberikan oleh Syekh Abu Zahrah. Kata Abu Zahrah (1946:207-208), Maturidi menetapkan adanya sifat-sifat Allah, tapi sifat-sifat itu bukan sesuatu yang lain dari zat; sifat-sifat itu bukanlah sifat-sifat yang berdiri dengan zat, tidak pula terpisah dari zat. Sifat-sifat itu tidak memiliki wujud yang lepas dari zat, sehingga tidak daqat berbilangnya sifat membawa kepada berbilangnya wujud yang qadim. Pendapat Maturidi itu menurut Abu Zahrah sebenarnya mendekati paham Multazilah atau hampir sama dengan Mu'tazilah.

Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051030 ANDI MOHAMMAD ARIF -
1) Menurut Aliran Mu’tazilah. Bahwa sebelum datang wahyu, akal dapat dijadikan pedoman dalam menentukan apa yang baik dan apa yang buruk, sehingga melakukan penalaran adalah wajib, karena dengan penalaran yang mendalam dapat mengetahui kewajiban-kewajiban. Dari empat masalah tersebut di atas, bagi aliran Mu’tazilah dapat diketahui melalui akal.

2.Ada perbedaan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah bukhara mengenai perbuatan manusia. Kelompok pertama lebih dekat dengan faham mu'tazilah, sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan faham Asy'ariyah. Kehendak dan daya berbuat pada diri manusia, menurut Maturidiyah Semarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam kata arti sebenarnya, dan bukan dari kiasan.

3. Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan
Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan.
Perbedaan pendapat antar aliran kalam selaim mengenai kekuatan akal, fungsi wahyu, kebebasan dan kekuasaan manusia atas perbuatannya, adapula perbedaan pendapat dan perdebatan yang lain mengenai keadilan dan kehendak mutlak tuhan. Masalah kehendak mutlak tuhan dan keadilan tuhan ini berkaitan erat dengan aliran jabariyah dan qadariyah. Dimana paham jabariyah menempatkan segala yang maujud (termasuk perbuatan manusia) ini dalam ketentuan tuhan secara mutlak.

4. Sifat Tuhan

Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi.
Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051032 MUHAMMAD ALI RIFKI -
1) Menurut Aliran Mu’tazilah. Bahwa sebelum datang wahyu, akal dapat dijadikan pedoman dalam menentukan apa yang baik dan apa yang buruk, sehingga melakukan penalaran adalah wajib, karena dengan penalaran yang mendalam dapat mengetahui kewajiban-kewajiban. Dari empat masalah tersebut di atas, bagi aliran Mu’tazilah dapat diketahui melalui akal.

2.Ada perbedaan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah bukhara mengenai perbuatan manusia. Kelompok pertama lebih dekat dengan faham mu'tazilah, sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan faham Asy'ariyah. Kehendak dan daya berbuat pada diri manusia, menurut Maturidiyah Semarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam kata arti sebenarnya, dan bukan dari kiasan.

3. Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan
Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan.
Perbedaan pendapat antar aliran kalam selaim mengenai kekuatan akal, fungsi wahyu, kebebasan dan kekuasaan manusia atas perbuatannya, adapula perbedaan pendapat dan perdebatan yang lain mengenai keadilan dan kehendak mutlak tuhan. Masalah kehendak mutlak tuhan dan keadilan tuhan ini berkaitan erat dengan aliran jabariyah dan qadariyah. Dimana paham jabariyah menempatkan segala yang maujud (termasuk perbuatan manusia) ini dalam ketentuan tuhan secara mutlak.

4. Sifat Tuhan

Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi.
Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051033 MOH. IRFAN MAISUR ANIQ -



1. Tentang Kemampuan Akal dan Fungsi Wahyu Menurut Al-Maturidi akal manusia mampu mengetahui (ma’rifat) Allah. Karena hal ini sesuai dengan perintah Allah kepada kita agar selalu memikirkan kekuasaannya baik di langit maupun di bumu. Sebab hal ini akan menyampaikan manusia untuk menqetahui dan mengimaninya. Begitu pula akal manusia semata dapat mengetahui baik dan buruk. Akan tetapi akal manusia tidak dapat mengetahui kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang jahat atau buruk (Al-Ahkam at-taklifiyyah).

2. Maka faham Al-Maturidi menyatakan, bahwa segala sesuatu termasuk perbuatan manusia adalah diciptakan Allah sesuai dengan firmannya: (والله خلقكم وما تعملون (الصفا ت:96 Lantas timbul permasalahan, bagaimana cara memadukan konsep adanya usaha manusia dan konsep perbuatan manusia itu sebagai ciptaan Allah ciptaan Allah? Untuk menjawab permasalahan ini Al-Maturidi seperti Al-Asy’ari, menggunakan term al-Kasb.

3. Aliran Maturidiyah bukhara berpendapat bahwa kekuasaan tuhan bersiafat mutlak dan hanya dimiliki oleh tuhan. Tuhan berbuat apa yang dikehendakinya, dan tuhan tidak berbuat apa yang tidak dikehendakinya serta menentukan segalagalanya. Tuhan tidak memiliki kewajiban apapun terhadap manusia, dan tidak ada zat apapun yang dapat menentang atau melarang tuhan untuk berbuat sesuatu. Tuhan tidak mungkin melanggar janji-janjiNya, memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan menghukum orang yang berbuat jahat.

4. Tentang Sifat Allah Mengenai pendapat Maturidi tentang sifat-sifat Allah ini terdapat dua penjelasan yang berbeda. Harun Nasution menjelaskan, Maturidi sependapat dengan Asy’ari bahwa Allah mempunyai sifat-sifat, yang lain dari zatnya. Kata Maturidi Allah mengetahui bukan dengan Zat-Nya tapi dengan pengetahuannya (dengan sifat pengetahuan) dan berkuasa bukan dengan zatnya. Penjelasan yang berbeda tentang ini diberikan oleh Syekh Abu Zahrah.
Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051035 MOCH HUSEN -
1. Tentang Kemampuan Akal dan Fungsi Wahyu Menurut Al-Maturidi akal manusia mampu mengetahui (ma’rifat) Allah. Karena hal ini sesuai dengan perintah Allah kepada kita agar selalu memikirkan kekuasaannya baik di langit maupun di bumi. Begitu pula akal manusia semata dapat mengetahui baik dan buruk. Akan tetapi akal manusia tidak dapat mengetahui kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang jahat atau buruk.

2. perbedaan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah bukhara mengenai perbuatan manusia. Kelompok pertama lebih dekat dengan faham mu'tazilah, sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan faham Asy'ariyah. Kehendak dan daya berbuat pada diri manusia, menurut Maturidiyah Semarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam kata arti sebenarnya, dan bukan dari kiasan.

3.Aliran Maturidiyah bukhara berpendapat bahwa kekuasaan tuhan bersiafat mutlak dan hanya dimiliki oleh tuhan.
kehendak mutlak tuhan dan keadilan tuhan ini berkaitan erat dengan aliran jabariyah dan qadariyah. Dimana paham jabariyah menempatkan segala yang maujud (termasuk perbuatan manusia) ini dalam ketentuan tuhan secara mutlak.

4.Sifat Tuhan

Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi.
Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051037 HOLIFATUR ROHMAH -
1. Akal dan wahyu
Akal merupakan pembeda antara manusia dengan mahkluk binatang sedangkan wahyu petunjuk bagi akal.
2. Perbuatan manusia
Perbuatan manusia dalam arti sebenarnya bukan arti dalam kiasan. Begitu pula dengan kehendak dengan daya manusia dalam arti kata sebenarnya, bukan dalam arti kiasan. Oleh sebeb itu manusia di berikan upah atau hukuman atas pemakaian daya yang di ciptakan tuhan.
3. Kekuasan dalam berkehendak mutlak tuhan
Tuhan di batasi oleh kewajiban kewajiban tuhan terhadap manusia yang menurut paham mu'tazilah memang ada. Kekuasaan mutlak itu di batasi pula oleh hukum alam yang tidak mengalami perbuatan.
4. Sifat tuhan
Wujud
Qidam
Baqa'
Mukholafatul lil hawadisih
Qiyamuhu binafsihi
Wahdaniat
Qudrat
Iradat
Ilmu
Hayat
Sama'
Basar
Kalam
Qodiron
Muridan
Aliman
Hayyan
Sami'an
Bashiran
Mutakaliman
Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051016 MUHAMMAD MIFTHAKUL UMAMI -
Nama: Muhammad Mifthakul Umami
Nim: 2003401051016
Kls: A


1) Menurut Aliran Mu’tazilah. Bahwa sebelum datang wahyu, akal dapat dijadikan pedoman dalam menentukan apa yang baik dan apa yang buruk, sehingga melakukan penalaran adalah wajib, karena dengan penalaran yang mendalam dapat mengetahui kewajiban-kewajiban. Dari empat masalah tersebut di atas, bagi aliran Mu’tazilah dapat diketahui melalui akal.

2.Ada perbedaan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah bukhara mengenai perbuatan manusia. Kelompok pertama lebih dekat dengan faham mu'tazilah, sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan faham Asy'ariyah. Kehendak dan daya berbuat pada diri manusia, menurut Maturidiyah Semarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam kata arti sebenarnya, dan bukan dari kiasan. Perbedaannya dengan Mu'tazilah adalah bahwa daya untuk berbuat tidak di ciptakan sebelumnya, tetapi bersama-sama dengan perbuatannya. Daya yang demikian porsinya lebih kecil dari pada daya yang terdapat dalam faham Mu'tazilah. oleh karena itu, manusia dalam faham Al-Maturidi, tidaklah sebebas manusia dalam Mu'tazilah.

3.Aliran Maturidiyah bukhara berpendapat bahwa kekuasaan tuhan bersiafat mutlak dan hanya dimiliki oleh tuhan. Tuhan berbuat apa yang dikehendakinya, dan tuhan tidak berbuat apa yang tidak dikehendakinya serta menentukan segalagalanya. Tuhan tidak memiliki kewajiban apapun terhadap manusia, dan tidak ada zat apapun yang dapat menentang atau melarang tuhan untuk berbuat sesuatu. Tuhan tidak mungkin melanggar janji-janjiNya, memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan menghukum orang yang berbuat jahat.

4.Pendapat aliran Maturidiyah mengenai sifat tuhan sama dengan pendapat Asy'ariyah yang menyatakan bahwa tuhan memiliki sifat. Maturidiyah berpendapat bahwa sifat sifat tuhan itu mulazamah (ada bersama; inhern) zat tanpa terpisah (innaha lam takun ain al-zat wa la hiya ghairuhu). Maturidiyah menetapkan sifat bagi Allah Swt tidak harus membawa kepada pengertian anthropomorphisme, karena sifat tidak berwujud yang terpisah dari zat, sehingga berbilang sifat tidak akan membawa pada berbilangnya yang qadim (taaddud al-qudama). Tampaknya paham Maturidiyah tentang makna sifat tuhan cenderung mendekati paham mu’tazilah. Perbedaannya, al-Maturidi mengakui adanya sifat-sifat tuhan, sedangkan mu’tazilah menolak adanya sifat-sifat tuhan.
Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051021 BAGUS ABDULLAH ASSIDDIQI -

1. Tentang Kemampuan Akal dan Fungsi Wahyu Menurut Al-Maturidi akal manusia mampu mengetahui (ma’rifat) Allah. Karena hal ini sesuai dengan perintah Allah kepada kita agar selalu memikirkan kekuasaannya baik di langit maupun di bumu. Sebab hal ini akan menyampaikan manusia untuk menqetahui dan mengimaninya. Begitu pula akal manusia semata dapat mengetahui baik dan buruk. Akan tetapi akal manusia tidak dapat mengetahui kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang jahat atau buruk (Al-Ahkam at-taklifiyyah).


2. Maka faham Al-Maturidi menyatakan, bahwa segala sesuatu termasuk perbuatan manusia adalah diciptakan Allah sesuai dengan firmannya: (والله خلقكم وما تعملون (الصفا ت:96 Lantas timbul permasalahan, bagaimana cara memadukan konsep adanya usaha manusia dan konsep perbuatan manusia itu sebagai ciptaan Allah ciptaan Allah? Untuk menjawab permasalahan ini Al-Maturidi seperti Al-Asy’ari, menggunakan term al-Kasb.

3.Aliran Maturidiyah bukhara berpendapat bahwa kekuasaan tuhan bersiafat mutlak dan hanya dimiliki oleh tuhan. Tuhan berbuat apa yang dikehendakinya, dan tuhan tidak berbuat apa yang tidak dikehendakinya serta menentukan segalagalanya. Tuhan tidak memiliki kewajiban apapun terhadap manusia, dan tidak ada zat apapun yang dapat menentang atau melarang tuhan untuk berbuat sesuatu. Tuhan tidak mungkin melanggar janji-janjiNya, memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan menghukum orang yang berbuat jahat.

4. Tentang Sifat Allah Mengenai pendapat Maturidi tentang sifat-sifat Allah ini terdapat dua penjelasan yang berbeda. Harun Nasution menjelaskan, Maturidi sependapat dengan Asy’ari bahwa Allah mempunyai sifat-sifat, yang lain dari zatnya. Kata Maturidi Allah mengetahui bukan dengan Zat-Nya tapi dengan pengetahuannya (dengan sifat pengetahuan) dan berkuasa bukan dengan zatnya. Penjelasan yang berbeda tentang ini diberikan oleh Syekh Abu Zahrah.

Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051040 RIFFA -
Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Mayoritas ummat islam diseluruh dunia adalah pengikut Sunni atau Ahlus Sunnah. Ahlus Sunnah artinya orang-orang yang pengikut sunnah Rasulullah. Sedangkan Al Jamaah ialah jama'ah Rasulullah dan mereka adalah para sahabat (terutama yang tergolong dalam Khulafa' Al Rasyidin). yaitu orang-orang yang dijamin selamat dari api neraka.

Sejak timbulnya syi'ah, khawarij, mu'tazilah, qadariyah, jabariyah, murji'ah, mereka telah menyebarkan faham-faham yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadits. Fitnah dan bid'ah telah mereka timbulkan, sehingga sering menimbulkan keresahan ummat.
1.Akal dan wahyu punya sejarah pertikaian hebat. Ini bukan karena keduanya bertentangan, namun karena ulah manusia yang menciptakan pertikaian antara akal dan wahyu.
Sehingga, seakan-akan, kalau mau pakai akal harus meninggalkan atau mengesampingkan wahyu, atau sebaliknya mau pakai wahyu harus mengesampingkan akal.
2. Perbuatan manusia
Perbuatan manusia dalam arti sebenarnya bukan arti dalam kiasan. Begitu pula dengan kehendak dengan daya manusia dalam arti kata sebenarnya, bukan dalam arti kiasan. Oleh sebeb itu manusia di berikan upah atau hukuman atas pemakaian daya yang di ciptakan tuhan.
3. Kekuasan dalam berkehendak mutlak tuhan
Tuhan di batasi oleh kewajiban kewajiban tuhan terhadap manusia yang menurut paham mu'tazilah memang ada. Kekuasaan mutlak itu di batasi pula oleh hukum alam yang tidak mengalami perbuatan.
3.Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan
Sebagai akibat dari perbedaan paham yang terdapat dalam aliran-aliran teologi Islam mengenal soal kekuatan akal,fungsi wahyu dan kebebasan serta kekuasaan manusia atas kehendak dan perbuatannya, terdapat pula peerbedaan paham tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan. Bagi aliran yang berpendapat bahwa akal mempunyai daya besar dan manusia bebas serta berkuasa atas kehendak dan perbuatannya, kekuasaan dan kehendak Tuhan pada hakikatnya tidak lagi bersifat mutlak semutlak-mutlaknya. Bagi aliran yang berpendapat sebaliknya, kekuasaan dan kehendak Tuhan tetap bersifat mutlak. Dengan demikian bagi kaum Asy’ariyah, Tuhan berkuasa dan berkehendak mutlak, sedangkan bagi kaum Mu’tazilah, kekuasaan dan kehendak Tuhan tidak lagi mempunyai sifat mutlak semutlak-mutlaknya.
4.Sifat-sifat Allah Menurut Aliran Mu'tazilah: Aliran mu'tazilah berpendapat bahwa tuhan itu esa dan tidak memiliki sifat-sifat. ... Apa yang dipandang sifat dalam pendapat golongan lain, bagi mu'tazillah tidak lain adalah zat Allah Swt sendiri.
Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051036 MOH. IQBAL RAMADHANI -
1. Akal dan Wahyu
Imam Al-Maturidi lebih jauh mengatakan, walaupun akal itu dapat menentukan baik dan buruk, akan tetapi tidak dalam segala hal. Beliau membagi sesuatu baik dan buruk ke dalam tiga hal, yaitu kebaikan yang hanya dapat dicapai oleh akal semata-mata serta kebaikan dan keburukan yang tidak dapat dicapai oleh akal, dan hanya dapat diperoleh melalui wahyu. Akan tetapi sebagaimana halnya Imam Abu Hanifah dalam hal kewajiban melaksanakan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk, Imam al-Maturidi berpendapat, akal tidak bisa bertindak sendiri dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban, karena pembuat taklif itu hanya Allah SWT.

2. Perbuatan manusia
Dalam hal perbuatan manusia, Imam al-Maturidi berpendapat bahwa perbuatan itu ada dua macam, pertama yaitu perbuatan Allah yang mengambil bentuk penciptaan daya pada diri manusia, kedua yaitu perbuatan manusia yang mengambil bentuk pemakaian daya itu berdasarkan pilihan dan kebebasan.

3. Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan
Perbuatan dan segala sesuatu dalam wujud ini, yang baik atau yang buruk adalah ciptaan Tuhan. Menurut Al Maturidi bukan berarti dalam hal ini Tuhan berbuat dan berkehendak dengan sewenang-wenang dengan kehendak-Nya semata. Hal ini karena Tuhan tidak sewenang-wenang, tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang ditetapkan-Nya.

4. Sifat Tuhan
Sebagaimana halnya Imam Asy’ari, Imam al-Maturidi pun berpendapat bahwa Tuhan memiliki sifat. Menurut Imam al-Maturidi sifat bukanlah sesuatu zat, sifat bukanlah yang tegak atau melekat pada zat, sehingga tidak bisa dikatakan bahwa berbilangnya sifat akan mengakibatkan kepada ta’addud al-qudama’.
Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051050 Zidni puspita Ningrum -

1) Menurut Aliran Mu’tazilah. Bahwa sebelum datang wahyu, akal dapat dijadikan pedoman dalam menentukan apa yang baik dan apa yang buruk, sehingga melakukan penalaran adalah wajib, karena dengan penalaran yang mendalam dapat mengetahui kewajiban-kewajiban. Dari empat masalah tersebut di atas, bagi aliran Mu’tazilah dapat diketahui melalui akal.

2.Ada perbedaan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah bukhara mengenai perbuatan manusia. Kelompok pertama lebih dekat dengan faham mu'tazilah, sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan faham Asy'ariyah. Kehendak dan daya berbuat pada diri manusia, menurut Maturidiyah Semarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam kata arti sebenarnya, dan bukan dari kiasan.


3.Aliran Maturidiyah bukhara berpendapat bahwa kekuasaan tuhan bersiafat mutlak dan hanya dimiliki oleh tuhan. Tuhan berbuat apa yang dikehendakinya, dan tuhan tidak berbuat apa yang tidak dikehendakinya serta menentukan segalagalanya. Tuhan tidak memiliki kewajiban apapun terhadap manusia, dan tidak ada zat apapun yang dapat menentang atau melarang tuhan untuk berbuat sesuatu. Tuhan tidak mungkin melanggar janji-janjiNya, memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan menghukum orang yang berbuat jahat.


4. Tentang Sifat Allah Mengenai pendapat Maturidi tentang sifat-sifat Allah ini terdapat dua penjelasan yang berbeda. Harun Nasution menjelaskan, Maturidi sependapat dengan Asy’ari bahwa Allah mempunyai sifat-sifat, yang lain dari zatnya. Kata Maturidi Allah mengetahui bukan dengan Zat-Nya tapi dengan pengetahuannya (dengan sifat pengetahuan) dan berkuasa bukan dengan zatnya. Penjelasan yang berbeda tentang ini diberikan oleh Syekh Abu Zahrah.

Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051005 SITI HOFIFAH Q A -
1) Menurut Aliran Mu’tazilah. Bahwa sebelum datang wahyu, akal dapat dijadikan pedoman dalam menentukan apa yang baik dan apa yang buruk, sehingga melakukan penalaran adalah wajib, karena dengan penalaran yang mendalam dapat mengetahui kewajiban-kewajiban. Dari empat masalah tersebut di atas, bagi aliran Mu’tazilah dapat diketahui melalui akal.

2.Ada perbedaan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah bukhara mengenai perbuatan manusia. Kelompok pertama lebih dekat dengan faham mu'tazilah, sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan faham Asy'ariyah. Kehendak dan daya berbuat pada diri manusia, menurut Maturidiyah Semarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam kata arti sebenarnya, dan bukan dari kiasan.

3. Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan
Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan.
Perbedaan pendapat antar aliran kalam selaim mengenai kekuatan akal, fungsi wahyu, kebebasan dan kekuasaan manusia atas perbuatannya, adapula perbedaan pendapat dan perdebatan yang lain mengenai keadilan dan kehendak mutlak tuhan. Masalah kehendak mutlak tuhan dan keadilan tuhan ini berkaitan erat dengan aliran jabariyah dan qadariyah. Dimana paham jabariyah menempatkan segala yang maujud (termasuk perbuatan manusia) ini dalam ketentuan tuhan secara mutlak.

4. Sifat Tuhan

Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi.
Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051025 HIMATUL FAIZAH -
1. Akal dan Wahyu
Menurut Al-Maturidi akal manusia mampu mengetahui (ma’rifat) Allah. Karena hal ini sesuai dengan perintah Allah kepada kita agar selalu memikirkan kekuasaannya baik di langit maupun di bumi. Sebab hal ini akan menyampaikan manusia untuk menqetahui dan mengimaninya. Begitu pula akal manusia semata dapat mengetahui baik dan buruk. Akan tetapi akal manusia tidak dapat mengetahui kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang jahat atau buruk (Al-Ahkam at-taklifiyyah). Sedang menurut Al-Bazdawi, bahwa al-Maturidi sependapat dengan Multazilah, bahwa percaya kepada Allah dan berterima kasih kepadanya sebelum datangnya wahyu adalah wajib (Abu Zahrah, 1946:201-202). Dengan demikian kedudukan akal kuat sekali menurut Al-Maturidi karena akal semata dapat mengetahui Allah, berterima kasih kepadanya, mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan wahyu di sini berfungsi menunjukkan sesuatu yang tidak dapat diketahui akal, yaitu mengetahui kewajiban mengerjakan yang baik dan menjahui yang buruk.

2. Tentang Perbuatan Manusia
Maka faham Al-Maturidi menyatakan, bahwa segala sesuatu termasuk perbuatan manusia adalah diciptakan Allah.
Menurut Al-Maturidi perbuatan manusia mempunyai wujud atas kehendak Allah bukan atas kehendak manusia.
Manusia berbuat baik dan berbuat buruk atas kehendak Allah, tetapi Allah tidak rela manusia berbuat buruk. Untuk itu apabila manusia berbuat baik, atas kehendak dan kerelaan Allah, tetapi apabila berbuat buruk atau jahat atas kehendak Allah namun tidak diridlai-Nya.
Dalam ungkapan Maturidi perbuatan manusia tetap ciptaan Tuhan tetapi manusia sanggup mendapatkan perbuatan itu dengan daya yang diciptakan dalam dirinya dan juga sanggup tidak memperolehnya dengan daya yang diciptakan Tuhan itu. Manusia bebas memilih untuk mendapatkan atau untuk tidak mendapat suatu perbuatan. Pada kebebasan memilih itulah tergantung adanya pahala dan siksaan. Demikianlah Maturidi berusaha menunjukkan peranan efektif manusia dalam memperoleh suatu perbuatan tanpa menafikan bahwa perbuatan itu adalah ciptaan Tuhan.
Kebebasan manusia dalam paham Maturidi adalah kebebasan dalam mentaati atau melanggar apa yang diperintahkan/dilarang Tuhan.

3. Kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan
Al Maturidi mengatakan bahwa qudrat Tuhan tidak sewenang-wenang (absolute), tetapi perbuatan dan kehendaknya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya.

4. Sifat Allah
Mengenai pendapat Maturidi tentang sifat-sifat Allah ini terdapat dua penjelasan yang berbeda. Harun Nasution menjelaskan, Maturidi sependapat dengan Asy’ari bahwa Allah mempunyai sifat-sifat, yang lain dari zatnya. Kata Maturidi Allah mengetahui bukan dengan Zat-Nya tapi dengan pengetahuannya (dengan sifat pengetahuan) dan berkuasa bukan dengan zatnya. Penjelasan yang berbeda tentang ini diberikan oleh Syekh Abu Zahrah. Kata Abu Zahrah (1946:207-208). Maturidi menetapkan adanya sifat-sifat Allah, tapi sifat-sifat itu bukan sesuatu yang lain dari zat; sifat-sifat itu bukanlah sifat-sifat yang berdiri dengan zat, tidak pula terpisah dari zat. Sifat-sifat itu tidak memiliki wujud yang lepas dari zat, sehingga tidak daqat berbilangnya sifat membawa kepada berbilangnya wujud yang qadim.
Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051039 NUR WARDATUL WALIDAH -
1. Akal sebagai daya berfikir yang ada dalam diri manusia, berusaha keras untuk sampai kepada Allah, dan wahyu sebagai pengkhabaran dari alam metafisika turun kepada manusia dengan keterangan-keterangan tentang Allah dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap Allah. Menurut pendapat Imam al-Maturidi, akal manusia dapat menjangkau kesimpulan tentang adanya Allah, juga mampu mengetahui kewajiban berterima kasih kepada-Nya. Karena Allah adalah pemberi nikmat, maka akal manusia harus dapat mengetahui keharusan berterima kasih kepada pemberi nikmat itu. Selanjutnya Imam al-Maturidi mengatakan, bahwa akal manusia dapat mengetahui baik dan buruk sesuatu berdasarkan sifat-sifat dasar (nature) yang baik pada perbuatan baik dan sifat-sifat yang buruk pada perbuatan buruk. Imam Al-Maturidi lebih jauh mengatakan, walaupun akal itu dapat menentukan baik dan buruk, akan tetapi tidak dalam segala hal. Beliau membagi sesuatu baik dan buruk ke dalam tiga hal, yaitu kebaikan yang hanya dapat dicapai oleh akal semata-mata serta kebaikan dan keburukan yang tidak dapat dicapai oleh akal, dan hanya dapat diperoleh melalui wahyu. Akan tetapi sebagaimana halnya Imam Abu Hanifah dalam hal kewajiban melaksanakan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk, Imam al-Maturidi berpendapat, akal tidak bisa bertindak sendiri dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban, karena pembuat taklif itu hanya Allah SWT. Dengan demikian bagi Imam al-Maturidi akal dapat mengetahui tiga persoalan pokok, sedangkan yang satu lagi yaitu kewajiban berbuat baik dan menjauhi yang buruk dapat diketahui hanya melalui wahyu. Dan dalam hal ini, Imam al-Maturidi lebih dekat kepada Mu'tazilah yang mengatakan akal dapat mengatasi empat persoalan pokok yang berhubungan dengan akal.
2. Dalam hal perbuatan manusia, Imam al-Maturidi berpendapat bahwa perbuatan itu ada dua macam, pertama yaitu perbuatan Allah yang mengambil bentuk penciptaan daya pada diri manusia, kedua yaitu perbuatan manusia yang mengambil bentuk pemakaian daya itu berdasarkan pilihan dan kebebasan. Daya itu diciptakan bersama-sama dengan perbuatannya, karenanya pebuatan manusia dikatakan ciptaan Allah. Perbuatan yang diciptakan itu diperoleh manusia melalui peran aktifnya dengan menggunakan daya ciptaan Tuhan. Seandainya perbuatan itu tidak dipergunakan, maka pebuatan pun tidak akan ada, manusia bebas memilih. Oleh sebab itu perbuatan manusia adalah perbuatan manusia dalam arti yang sebenanya, bukan dalam arti majazi.
3. Al-Maturidiyah membagi perbuatan itu kepada dua, yaitu perbuatan Tuhan yang mengambil bentuk penciptaan daya dalam diri manusia dan perbuatan manusia yang mengambil bentuk pemakaian daya itu berdasarkan pilihan dan kebebasan manusia. Al-Maturidi juga sependapat dengan Mu’tazilah bahwa Tuhan mempunyai kewajiban – kewajiban tertentu bahwa janji dan ancaman - ancaman Tuhan mesti terjadi kelak. Beberapa pendapat Al-Maturidy diatas memberi gambaran Tuhan sebenarnya tidak mempunyai kekuasaan dan kehendak mutlak lagi, karena telah dibatasi oleh kebebasan manusia dalam berkehendak dan bertindak , dibatasi oleh kewajiban - kewajiban yang harus dilaksanakan dan dibatasi oleh janji - janji yang harus dipenuhinya. Lebih tegas bahwa menurut golongan Maturidiyah Samarkand , kekuasaan dan kehendak Mutlak Tuhan telah dibatasi oleh :
a. Kemerdekaan dalam kemauan dan perbuatan yang menurut pendapat mereka
ada pada manusia.
b. Keadaan Tuhan menjatuhkan hukuman bukan sewenang - wenang, tetapi
berdasarkan atas kemerdekaan manusia dalam mempergunakan daya yang
diciptakan Tuhan dalam dirinya untuk berbuat jahat.
c. Keadaan hukuman - hukuman Tuhan sebagai kata Al - Bayadi, tak boleh tidak
mesti terjadi.
4. Sebagaimana halnya Imam Asy’ari, Imam al-Maturidi pun berpendapat bahwa Tuhan memiliki sifat. Menurut Imam al-Maturidi sifat bukanlah sesuatu zat, sifat bukanlah yang tegak atau melekat pada zat, sehingga tidak bisa dikatakan bahwa berbilangnya sifat akan mengakibatkan kepada ta’addud al-qudama’.
Pemikiran Imam al-Maturidi di atas dapat disimpulkan bahwa sifat menurut Imam al-Maturidi bukan zat dan bukan selain zat, tidak melekat pada zat dan tidak terpisah dari zat. Sebagai contoh, Tuhan Maha Mendengar, Imam Maturidi tidak mengatakan bahwa Allah itu Maha Mendengar dan pendengaran-Nya itu adalah zat-Nya. Juga tidak mengatakan bahwa pendengaran Tuhan itu berdiri sendiri terpisah dari zat-Nya yang mengakibatkan berbilangan yang qadim.
Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051014 RISKATUL KHASANAH -
1) Menurut Aliran al maturidi. Bahwa sebelum datang wahyu, akal dapat dijadikan pedoman dalam menentukan apa yang baik dan apa yang buruk, sehingga melakukan penalaran adalah wajib, karena dengan penalaran yang mendalam dapat mengetahui kewajiban-kewajiban. Dari empat masalah tersebut di atas, bagi aliran Mu’tazilah dapat diketahui melalui akal.

2.Ada perbedaan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah bukhara mengenai perbuatan manusia. Kelompok pertama lebih dekat dengan faham mu'tazilah, sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan faham Asy'ariyah. Kehendak dan daya berbuat pada diri manusia, menurut Maturidiyah Semarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam kata arti sebenarnya, dan bukan dari kiasan.


3.Aliran Maturidiyah bukhara berpendapat bahwa kekuasaan tuhan bersiafat mutlak dan hanya dimiliki oleh tuhan. Tuhan berbuat apa yang dikehendakinya, dan tuhan tidak berbuat apa yang tidak dikehendakinya serta menentukan segalagalanya. Tuhan tidak memiliki kewajiban apapun terhadap manusia, dan tidak ada zat apapun yang dapat menentang atau melarang tuhan untuk berbuat sesuatu. Tuhan tidak mungkin melanggar janji-janjiNya, memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan menghukum orang yang berbuat jahat.


4. Tentang Sifat Allah Mengenai pendapat Maturidi tentang sifat-sifat Allah ini terdapat dua penjelasan yang berbeda. Harun Nasution menjelaskan, Maturidi sependapat dengan Asy’ari bahwa Allah mempunyai sifat-sifat, yang lain dari zatnya. Kata Maturidi Allah mengetahui bukan dengan Zat-Nya tapi dengan pengetahuannya (dengan sifat pengetahuan) dan berkuasa bukan dengan zatnya. Penjelasan yang berbeda tentang ini diberikan oleh Syekh Abu Zahrah.
Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051026 AHMAD MUDESSIR -
1. Akal dan wahyu
Menurut Al Maturidi, akal tidak mampu mengetahui kewajiban-kewajiban lainnya kecuali dengan bimbingan dari wahyu. Dalam masalah baik dan buruk, Al-Maturidi berpendapat bahwa penentu baik dan buruknya sesuatu pada saat itu sendiri, sedangkan perintah atau larangan syariah hanya mengikuti ketentuan akal mengenaik baik dan buruknya sesuatu. Dengan demikian wahyu diperlukan untuk dijadikan sebagai pembimbing. Dalam mengenal kebaikan dan keburukan dengan akal, Al Maturidi sependapat dengan Mu'tazilah. Perbedaannya bahwa perintah kewajiban melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk didasarkan pada pengetahuan akal. Dalam persoalan ini, al maturidi berbeda pendapat dengan Al-Asy'ari. Menurut Asy'ari, baik dan buruk tidak terdapat pada sesuatu itu sendiri. Tetapi baik itu karena perintah Allah dan buruk karena larangan Allah. Sehingga berada diposisi tengah dari mu'tazilah dan Asy'ari.
2. Al-Maturidi mengatakan bahwa perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaannya. Tuhan menciptakan daya dalam diri manusia dan manusia bebas menggunakannya. Kebebasan manusia dalam melakukan baik atau buruk tetap dalam kehendak Tuhan, tetapi memilih yang diridai-Nya atau yang tidak diridai-Nya.

3. Kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan
Al Maturidi mengatakan bahwa qudrat Tuhan tidak sewenang-wenang (absolute), tetapi perbuatan dan kehendaknya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya.
4. Sifat tuhan
Al-Maturidi tentang makna sifat Tuhan cenderung mendekati paham mu'tazilah. Perbedannya keduanya terletak pada pengakuan Al-Maturidi tentang adanya sifat-sifat Tuhan, sedangkan Mu'tazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan.
Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051015 MOH ALIL QODRI -

1.) Menurut Aliran Mu’tazilah. Bahwa sebelum datang wahyu, akal dapat dijadikan pedoman dalam menentukan apa yang baik dan apa yang buruk, sehingga melakukan penalaran adalah wajib, karena dengan penalaran yang mendalam dapat mengetahui kewajiban-kewajiban. Dari empat masalah tersebut di atas, bagi aliran Mu’tazilah dapat diketahui melalui akal.


2.Ada perbedaan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah bukhara mengenai perbuatan manusia. Kelompok pertama lebih dekat dengan faham mu'tazilah, sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan faham Asy'ariyah. Kehendak dan daya berbuat pada diri manusia, menurut Maturidiyah Semarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam kata arti sebenarnya, dan bukan dari kiasan.


3. Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan

Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan.

Perbedaan pendapat antar aliran kalam selaim mengenai kekuatan akal, fungsi wahyu, kebebasan dan kekuasaan manusia atas perbuatannya, adapula perbedaan pendapat dan perdebatan yang lain mengenai keadilan dan kehendak mutlak tuhan. Masalah kehendak mutlak tuhan dan keadilan tuhan ini berkaitan erat dengan aliran jabariyah dan qadariyah. Dimana paham jabariyah menempatkan segala yang maujud (termasuk perbuatan manusia) ini dalam ketentuan tuhan secara mutlak.


4. Sifat Tuhan


Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi.

Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051044 M. JAFAR ROSID -

1) Menurut Aliran al maturidi. Bahwa sebelum datang wahyu, akal dapat dijadikan pedoman dalam menentukan apa yang baik dan apa yang buruk, sehingga melakukan penalaran adalah wajib, karena dengan penalaran yang mendalam dapat mengetahui kewajiban-kewajiban. Dari empat masalah tersebut di atas, bagi aliran Mu’tazilah dapat diketahui melalui akal.

2.Ada perbedaan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah bukhara mengenai perbuatan manusia. Kelompok pertama lebih dekat dengan faham mu'tazilah, sedangkan kelompok kedua lebih dekat dengan faham Asy'ariyah. Kehendak dan daya berbuat pada diri manusia, menurut Maturidiyah Semarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam kata arti sebenarnya, dan bukan dari kiasan.


3.Aliran Maturidiyah bukhara berpendapat bahwa kekuasaan tuhan bersiafat mutlak dan hanya dimiliki oleh tuhan. Tuhan berbuat apa yang dikehendakinya, dan tuhan tidak berbuat apa yang tidak dikehendakinya serta menentukan segalagalanya. Tuhan tidak memiliki kewajiban apapun terhadap manusia, dan tidak ada zat apapun yang dapat menentang atau melarang tuhan untuk berbuat sesuatu. Tuhan tidak mungkin melanggar janji-janjiNya, memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan menghukum orang yang berbuat jahat.

4. Tentang Sifat Allah Mengenai pendapat Maturidi tentang sifat-sifat Allah ini terdapat dua penjelasan yang berbeda. Harun Nasution menjelaskan, Maturidi sependapat dengan Asy’ari bahwa Allah mempunyai sifat-sifat, yang lain dari zatnya. Kata Maturidi Allah mengetahui bukan dengan Zat-Nya tapi dengan pengetahuannya (dengan sifat pengetahuan) dan berkuasa bukan dengan zatnya. Penjelasan yang berbeda tentang ini diberikan oleh Syekh Abu Zahrah.

Sebagai balasan 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: kajian ke 4

oleh 2003401051013 MUHAMMAD KHOIRUR ROZIQIN -

1.akal mempakan daya: berfikir yang ada pada manusia dan merupakan salah satu daya Roh yang memakai otak sebagai alat, di samping itu terdapat pula akal yang mempunyai wujud tersendiri di alam immateri. Sedangkan wahyu adalah pengalaman yang berakhir pada adanya cara, yang sama sekali baru dalam memandang dunia dan kehidupan manusia, pengalaman ini diwahyukan karena tidak dapat terjadi melalui pencarian atau penelaahan manusia tetapi sebagai suatu penglihatan kebenaran yang terilhamkan.

2.perbuatan manusia adalah ciptaan tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini tuhan mengharuskan manusia memiliki kemampuan berbuat (ikhtiar) agar kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakannya.

3.kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan yaitu keyakinannya bahwa Tuhan adalah Maha Adil (al-‘Adl) dan Maha Bijaksana (al-Hakim), al-Maturidi menyatakan bila Dia tidak akan melakukan tindakan sewenang-wenang.

4.sifat sifat tuhan itu mulazamah (ada bersama; inhern) zat tanpa terpisah (innaha lam takun ain al-zat wa la hiya ghairuhu).Bagi Allah Swt tidak harus membawa kepada pengertian anthropomorphisme, karena sifat tidak berwujud yang terpisah dari zat, sehingga berbilang sifat tidak akan membawa pada berbilangnya yang qadim (taaddud al-qudama).