1. jelaskan Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja
(jawabannya disalin tulis tangan dan kumpulkan ke meja saya)
Aliran Maturidiyah didirikan oleh Abu al-Mansur al-Maturidi. Aliran ini hampir sama seperti aliran Asy'ariyah, yaitu sebagai penolakan terhadap pemikiran Mu'tazilah yang tidak sesuai dengan al-Qur'an dan sunnah yang ditanggapi oleh Rasulullah saw. Walaupun pandangan keagamaan yang dianut oleh al-Maturidi hampir sama dengan Mu'tazilah.
Pemikiran Maturidiyah
Berdasarkan al-Maturidi, artinya Tuhan tidak dapat diketahui dengan akal.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan perbutan manusia, dan segala sesuatu ciptaan itu kehendak Allah swt., Dengan demikian tidak ada pertentangan dengan kodrat Allah swt. yang menciptakan perbuatan manusia dan ikhtiar yang ada pada manusia. Kemudian karena daya diciptakan dalam diri manusia dan perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan manusia itu sendiri dalam arti yang sebenarnya, tentu daya itu juga daya manusia.
Allah SWT. itu memiliki sifat-sifat seperti kalam , sama ' , bashar dan sebagainya itu mulzamah (suatu keharusan) bagi Allah swt. Tuhan sekalian semesta alam.
Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia kelak di akhirat dapat melihat Tuhan.
Doktrin-doktrin teologi Al Maturidiyah
1. Akal dan wahyu
Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-qur'an dan akal. Dalam hal ini ia sama dengan Asyari, namun porsi yang diberikannya kepada akal lebih besar dari pada yang diberikan Al Asyari.
Menurut Al Maturidi mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal. Kemampuan akal dalam mengetahui kedua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al-qur'an yang memerintahkan agar manusia menggunakan akal dalam usaha memperoleh pengetahuan dan keimanannya kepada Allah melalui pengamatan dan pemikiran yang mendalam tentang makhluk ciptaannya.
2. Kekuasaan Dan Kehendak Mutlak Tuhan
Perbuatan dan segala sesuatu dalam wujud ini, yang baik atau yang buruk adalah ciptaan Tuhan. Menurut Al Maturidi bukan berarti dalam hal ini Tuhan berbuat dan berkehendak dengan sewenang-wenang dengan kehendak-Nya semata. Hal ini karena Tuhan tidak sewenang-wenang, tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang ditetapkan-Nya.
3. Melihat Tuhan
Al Maturidi mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan. Hal ini diberitakan oleh Al-Qur'an, antara lain firman Allah dalam surat Al Qiyamah ayat 22 dan 23.
"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. kepada Tuhannyalah mereka melihat"
4. Pelaku Dosa Besar
Aliran Maturidiyah baik Samarkand maupun Bukhara sepakat menyatakan bahwa pelaku dosa masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam dirinya. Adapun balasan yang diperolehnya kelak diakherat bergantung pada apa yang dilakukannya di dunia. Jika ia meninggal tanpa taubat terlebih dahulu, keputusannya diserahkann sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT.
5. Perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia
Aliran maturidiyah Samarkand memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja. Dengan demikian, Tuhan mempunyai kewajiban melakukan yang baik bagi manusia. Demikian juga pengiriman Rasul dipandang sebagai kewajiban Tuhan.
Adapun Maturidiyah Bukhara memiliki pandangan yang sama dengan Asy'ariyah mengenai paham bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban. Namun, sebagaimana dijelaskan oleh Al Bazdawi. Tuhan pasti menepati janji-Nya seperti memberi upah kepada orang yang berbuat baik, walaupun Tuhan mungkin saja membatalkan ancaman bagi orang yang berdosa besar.
Menurut Al Maturidi perbuatan manusia diciptakan oleh Tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaan-Nya. Khusus perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak Tuhan mengharuskan manusia memiliki kemampuan berbuat (ikhtiar) agar kewajiban-kewajiban yang di bebankan kepadanya dapat dilaksanakannya.
Aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Aliran ini pertama kali muncul di Samarkand, pertengahan kedua abad kesembilan Masehi. Nama aliran itu dinisbahkan dari nama pendirinya, Abu Mansur Muhammad Al-Maturidi.
Al-Maturidi lahir dan hidup di tengah-tengah iklim keagamaan yang penuh dengan pertentangan pendapat antara Muktazilah dan Asy’ariyah mengenai kemampuan akal manusia.
Aliran ini disebut-sebut memiliki kemiripan dengan Asy’ariyah. Sebelum mendirikan aliran Maturidiyah ini, Abu Mansur Al-Maturidi adalah murid dari pendiri Asy’ariyah, yakni Abu Hasan Al-Asy’ari.
Imam Al-Maturidi. Nama lengkapnya adalah lmam Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi. Nama Al-Maturidi adalah nisbah pada suatu daerah di mana ia dilahirkan, daerah itu dikenal dengan Maturidi atau Maturiti yang terletak di kota Samarqandi, terkenal dengan “Ma wara’a, al-Nahr” atau “Ma wa ra’a al-Nahr Jaihun ( First Encyclopaedia Islam, 1987 : 414).” Oleh sebab itulah ia pun dikenal dengan nama Al-Syaikh Al- Imam ‘Ilm Al-Huda Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi Al-Samarqandi.
Imam Al-Maturidi banyak dipengaruhi oleh pola fikir Imam Abi Hanifah, yang banyak memakai rasio dalam pendangan keagamaannya, maka tak heran jika ia pun banyak menggunakan kakuatan akal dalam sistem teologinya.8 Oleh karena itu, kendatipun ia sama-sama menentang faham Mu’tazilah dengan Imam Al-Asy’ari ternyata banyak fahamnya yang kontroversi dengan Asy’ari sendiri dan ketika itu ia justru sependapat dengan Mu’tazilah. Di antara pemikiran-pemikirannya dalam masalah teologi adalah :
1. Mengenai al-Qur’an
2. Mengenai sifat allah swt
3. Masalah iman dan islam
4. Masalah Melihat Allah SWT
5. Masalah dosa besar
5. Masalah Baik dan Buruk
Al- Maturidiyah merupakan salah satu aliran sunni yang dinisbatkan kepada penggagasnya bernama Muhammad bin Muhammad bin Mahmud, yang dikenal dikalangan masyarakat dengan nama Abu Mansur Al Maturidy. Belum ada catatan yang dapat menunjukkan dengan pasti kapan tokoh ini lahir, tapi para ulama banyak yang berpendapat bahwa beliau lahir pada pertengana abad ke tiga di daerah samarkand dan wafat pada tahun 333 H.. Abu mansur merupakan salah seorang ulama yang mempelajari Usulul Fiqh hanafi. Pada masa itu terjadi pergolakan pemikiran khususnya seputar fiqh wa usuluhu khususnya antara Hanafiyah dan Syafi’iyah. Di saat badai perdebatan terjadi di antara para fuqaha dan muhadditsin, serta ulama-ulama mu’tazilah baik dalam bidang ilmu kalam ataupun fiqh dan usulnya pada kondisi itulah Abu Mansur Al Maturidy hidup. Beliau dikenal sebagai ulama yang beraliran madzhab Hanafi. Sebagaina disebutkan oleh kalangan ulama hanafiah, bahwa Abu Mansur memiliki arus pemikiran teologi yang sama persis dengan Abu Hanifah.
Pemikiran maturidiyah
1. Akal dan wahyu
Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-qur'an dan akal. Dalam hal ini ia sama dengan Asyari, namun porsi yang diberikannya kepada akal lebih besar dari pada yang diberikan Al Asyari.
Abu Manshur al-Maturidi sebagai tokoh Aswaja paling berpengaruh di Asia Tengah dengan segenap karya tulisnya yang mampu mematahkan segenap pemikiran sekte yang menyimpang dengan argumentasi nalar yang kuat. Pemakaian nalar akal yang cukup dan seimbang adalah corak pemikiran Abu Manshur al-Maturidi dalam ilmu aqidah yang juga mengacu terhadap karakter pemikiran Imam Abu Hanifah. Oleh karena itu, tidak berlebihan bahwa pemikiran yang dibawa oleh Abu Manshur al-Maturidi adalah penyempurna argumentasi yang dibangun oleh Abu Hanifah dalam kitab al-Fiqh al-Akbar. Bahkan, hingga saat ini sebagian besar pengikut ajaran Abu Manshur al-Maturidi adalah pengikut mazhab Abu Hanifah dalam bidang ilmu fiqih. Tentu hal ini sangat berbeda dengan sekte Muktazilah yang lebih mengedepankan akal melebihi nash Al-Quran dan Hadits.
Memang benar, ada perbedaan pendapat di antara golongan al-Maturidi dan golongan al-Asy’ari dalam beberapa permasalahan, seperti hakikat iman orang yang taqlid (pengikut mazhab) dan sejenisnya sebagai imbas dari analogi pemikiran yang berbeda. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak sampai membuat satu golongan mengkafirkan dan membid’ahkan golongan yang lain. Bahkan, sebagian ulama pembesar mazhab al-Asy’ari juga beberapa kali lebih condong terhadap pendapat Abu Manshur al-Maturidi begitu juga sebaliknya.
Aliran Maturidiyah didirikan oleh Abu al-Mansur al-Maturidi. Aliran ini hampir sama seperti aliran Asy'ariyah, yaitu sebagai penolakan terhadap pemikiran Mu'tazilah yang tidak sesuai dengan al-Qur'an dan sunnah yang ditanggapi oleh Rasulullah saw. Walaupun pandangan keagamaan yang dianut oleh al-Maturidi hampir sama dengan Mu'tazilah.
Sejak kholifah al mutawakkil dari Dinasti abasiyyah mengucilkan ajaran muktazilah pada tahun 234 H maka semenjak itulah ajaran muktazilah mulai menyingkir ke daerah daerah sekitar asia Tengah, dan beberapa ajaran agama lain yang mengakar kuat sejak dahulu di Asia tengah. Dan hal ini juga di sebabkan letak daerah asia Tengah yang strategi sebagai jalur perdangangan dan pertemuan budaya.
Maka dari itu tampillah abu mansur alhamdulillah maturidi sebagai tokoh aswaja paling berpengaruh di Asia Tengah dengan segenap karya tulisanya yang mampu mematahkan segenap pemikiran sekte yang menyimpang dengan argumentasi nalar yang kuat.