diskusi

Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I -
Number of replies: 26

1. jelaskan Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

(jawabannya disalin tulis tangan dan kumpulkan ke meja saya)


In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051006 Rowiyatun Nurul Hasanah -

Aliran Maturidiyah didirikan oleh Abu al-Mansur al-Maturidi. Aliran ini hampir sama seperti aliran Asy'ariyah, yaitu sebagai penolakan terhadap pemikiran Mu'tazilah yang tidak sesuai dengan al-Qur'an dan sunnah yang ditanggapi oleh Rasulullah saw. Walaupun pandangan keagamaan yang dianut oleh al-Maturidi hampir sama dengan Mu'tazilah. 

Pemikiran Maturidiyah

  • Akal dan wahyu

Berdasarkan al-Maturidi, artinya Tuhan tidak dapat diketahui dengan akal.

  • Perbuatan manusia

Segala sesuatu yang berkaitan dengan perbutan manusia, dan segala sesuatu ciptaan itu kehendak Allah swt., Dengan demikian tidak ada pertentangan dengan kodrat Allah swt. yang menciptakan perbuatan manusia dan ikhtiar yang ada pada manusia. Kemudian karena daya diciptakan dalam diri manusia dan perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan manusia itu sendiri dalam arti yang sebenarnya, tentu daya itu juga daya manusia.

  • Sifat Tuhan

Allah SWT. itu memiliki sifat-sifat seperti kalam , sama ' , bashar dan sebagainya itu mulzamah (suatu keharusan) bagi Allah swt. Tuhan sekalian semesta alam.

  • Melihat Tuhan

Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia kelak di akhirat dapat melihat Tuhan.

In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051019 M.Naufal Agustian Hidayatulloh -
Al-Maturidiyah merupakan salah satu aliran sunni yang dinisbatkan kepada penggagasnya bernama Muhammad bin Muhammad bin Mahmud, yang dikenal dikalangan masyarakat dengan nama Abu Mansur Al Maturidy. Belum ada catatan yang dapat menunjukkan dengan pasti kapan tokoh ini lahir, tapi para ulama banyak yang berpendapat bahwa beliau lahir pada pertengana abad ke tiga di daerah samarkand dan wafat pada tahun 333 H.. Abu mansur merupakan salah seorang ulama yang mempelajari Usulul Fiqh hanafi. Pada masa itu terjadi pergolakan pemikiran khususnya seputar fiqh wa usuluhu khususnya antara Hanafiyah dan Syafi’iyah. Di saat badai perdebatan terjadi di antara para fuqaha dan muhadditsin, serta ulama-ulama mu’tazilah baik dalam bidang ilmu kalam ataupun fiqh dan usulnya pada kondisi itulah Abu Mansur Al Maturidy hidup. Beliau dikenal sebagai ulama yang beraliran madzhab Hanafi. Sebagaina disebutkan oleh kalangan ulama hanafiah, bahwa Abu Mansur memiliki arus pemikiran teologi yang sama persis dengan Abu Hanifah.

Abu Mansur Al-Maturidy yang terkenal dengan julukan Imâm Al Huda. Pernyataan ini membuktikan begitu besar pengaruh beliau dalam masyarakat yang heterogen dengn segudang pendapat dan aliran dalam beragama. Untuk memperkokoh kedudukannya dibidang teologi beliau banyak menulis,diatanranya adalah Kitab Ta’wil Al- Qur’an, Kitab Ma’khud As Syarâ’I, Kitab Al Jidal, Kitab Al Ushul fi Usul Ad Din, Kitab Al Maqâlât fi Al Kalâm, Kitab At Tauhîd dan masih banyak lagi kitab yang lainnya.

Latar belakang lahirnya aliran ini, hampir sama dengan aliran Al-Asy’ariyah, yaitu sebagai reaksi penolakan terhadap ajaran dari aliran Mu’tazilah, walaupun sebenarnya pandangan keagamaan yang dianutnya hampir sama dengan pandangan Mu’tazilah yaitu lebih menonjolkan akal dalam sistem teologinya.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051029 MUJIBUR ROHMAN -

Doktrin-doktrin teologi Al Maturidiyah


1. Akal dan wahyu


Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-qur'an dan akal. Dalam hal ini ia sama dengan Asyari, namun porsi yang diberikannya kepada akal lebih besar dari pada yang diberikan Al Asyari.


Menurut Al Maturidi mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal. Kemampuan akal dalam mengetahui kedua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al-qur'an yang memerintahkan agar manusia menggunakan akal dalam usaha memperoleh pengetahuan dan keimanannya kepada Allah melalui pengamatan dan pemikiran yang mendalam tentang makhluk ciptaannya.

2. Kekuasaan Dan Kehendak Mutlak Tuhan


Perbuatan dan segala sesuatu dalam wujud ini, yang baik atau yang buruk adalah ciptaan Tuhan. Menurut Al Maturidi bukan berarti dalam hal ini Tuhan berbuat dan berkehendak dengan sewenang-wenang dengan kehendak-Nya semata. Hal ini karena Tuhan tidak sewenang-wenang, tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang ditetapkan-Nya.


3. Melihat Tuhan


Al Maturidi mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan. Hal ini diberitakan oleh Al-Qur'an, antara lain firman Allah dalam surat Al Qiyamah ayat 22 dan 23.  



"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. kepada Tuhannyalah mereka melihat"


4. Pelaku Dosa Besar


Aliran Maturidiyah baik Samarkand maupun Bukhara sepakat menyatakan bahwa pelaku dosa masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam dirinya. Adapun balasan yang diperolehnya kelak diakherat bergantung pada apa yang dilakukannya di dunia. Jika ia meninggal tanpa taubat terlebih dahulu, keputusannya diserahkann sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT.


5. Perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia


Aliran maturidiyah Samarkand memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja. Dengan demikian, Tuhan mempunyai kewajiban melakukan yang baik bagi manusia. Demikian juga pengiriman Rasul dipandang sebagai kewajiban Tuhan.


Adapun Maturidiyah Bukhara memiliki pandangan yang sama dengan Asy'ariyah mengenai paham bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban. Namun, sebagaimana dijelaskan oleh Al Bazdawi. Tuhan pasti menepati janji-Nya seperti memberi upah kepada orang yang berbuat baik, walaupun Tuhan mungkin saja membatalkan ancaman bagi orang yang berdosa besar.


Menurut Al Maturidi perbuatan manusia diciptakan oleh Tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaan-Nya. Khusus perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak Tuhan mengharuskan manusia memiliki kemampuan berbuat (ikhtiar) agar kewajiban-kewajiban yang di bebankan kepadanya dapat dilaksanakannya.

In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051033 MOH. IRFAN MAISUR ANIQ -
Al-Maturidiyah merupakan salah satu aliran sunni yang dinisbatkan kepada penggagasnya bernama Muhammad bin Muhammad bin Mahmud, yang dikenal dikalangan masyarakat dengan nama Abu Mansur Al Maturidy. Belum ada catatan yang dapat menunjukkan dengan pasti kapan tokoh ini lahir, tapi para ulama banyak yang berpendapat bahwa beliau lahir pada pertengana abad ke tiga di daerah samarkand dan wafat pada tahun 333 H.. Abu mansur merupakan salah seorang ulama yang mempelajari Usulul Fiqh hanafi. Pada masa itu terjadi pergolakan pemikiran khususnya seputar fiqh wa usuluhu khususnya antara Hanafiyah dan Syafi’iyah. Di saat badai perdebatan terjadi di antara para fuqaha dan muhadditsin, serta ulama-ulama mu’tazilah baik dalam bidang ilmu kalam ataupun fiqh dan usulnya pada kondisi itulah Abu Mansur Al Maturidy hidup. Beliau dikenal sebagai ulama yang beraliran madzhab Hanafi. Sebagaina disebutkan oleh kalangan ulama hanafiah, bahwa Abu Mansur memiliki arus pemikiran teologi yang sama persis dengan Abu Hanifah.

Pemikiran maturidiyah
1. Akal dan wahyu



Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-qur'an dan akal. Dalam hal ini ia sama dengan Asyari, namun porsi yang diberikannya kepada akal lebih besar dari pada yang diberikan Al Asyari.





In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051013 MUHAMMAD KHOIRUR ROZIQIN -

Aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Aliran ini pertama kali muncul di Samarkand, pertengahan kedua abad kesembilan Masehi. Nama aliran itu dinisbahkan dari nama pendirinya, Abu Mansur Muhammad Al-Maturidi.


Al-Maturidi lahir dan hidup di tengah-tengah iklim keagamaan yang penuh dengan pertentangan pendapat antara Muktazilah dan Asy’ariyah mengenai kemampuan akal manusia.


Aliran ini disebut-sebut memiliki kemiripan dengan Asy’ariyah. Sebelum mendirikan aliran Maturidiyah ini, Abu Mansur Al-Maturidi adalah murid dari pendiri Asy’ariyah, yakni Abu Hasan Al-Asy’ari.

In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051023 ahmad jailani -
Abu Manshur al-Maturidi sebagai tokoh Aswaja paling berpengaruh di Asia Tengah dengan segenap karya tulisnya yang mampu mematahkan segenap pemikiran sekte yang menyimpang dengan argumentasi nalar yang kuat. Pemakaian nalar akal yang cukup dan seimbang adalah corak pemikiran Abu Manshur al-Maturidi dalam ilmu aqidah yang juga mengacu terhadap karakter pemikiran Imam Abu Hanifah. Oleh karena itu, tidak berlebihan bahwa pemikiran yang dibawa oleh Abu Manshur al-Maturidi adalah penyempurna argumentasi yang dibangun oleh Abu Hanifah dalam kitab al-Fiqh al-Akbar. Bahkan, hingga saat ini sebagian besar pengikut ajaran Abu Manshur al-Maturidi adalah pengikut mazhab Abu Hanifah dalam bidang ilmu fiqih. Tentu hal ini sangat berbeda dengan sekte Muktazilah yang lebih mengedepankan akal melebihi nash Al-Quran dan Hadits.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051030 ANDI MOHAMMAD ARIF -
Al-Maturidiyah merupakan salah satu aliran sunni yang dinisbatkan kepada penggagasnya bernama Muhammad bin Muhammad bin Mahmud, yang dikenal dikalangan masyarakat dengan nama Abu Mansur Al Maturidy. Belum ada catatan yang dapat menunjukkan dengan pasti kapan tokoh ini lahir, tapi para ulama banyak yang berpendapat bahwa beliau lahir pada pertengana abad ke tiga di daerah samarkand dan wafat pada tahun 333 H.. Abu mansur merupakan salah seorang ulama yang mempelajari Usulul Fiqh hanafi. Pada masa itu terjadi pergolakan pemikiran khususnya seputar fiqh wa usuluhu khususnya antara Hanafiyah dan Syafi’iyah. Di saat badai perdebatan terjadi di antara para fuqaha dan muhadditsin, serta ulama-ulama mu’tazilah baik dalam bidang ilmu kalam ataupun fiqh dan usulnya pada kondisi itulah Abu Mansur Al Maturidy hidup. Beliau dikenal sebagai ulama yang beraliran madzhab Hanafi. Sebagaina disebutkan oleh kalangan ulama hanafiah, bahwa Abu Mansur memiliki arus pemikiran teologi yang sama persis dengan Abu Hanifah.

Pemikiran maturidiyah
1. Akal dan wahyu



Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-qur'an dan akal. Dalam hal ini ia sama dengan Asyari, namun porsi yang diberikannya kepada akal lebih besar dari pada yang diberikan Al Asyari.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051036 MOH. IQBAL RAMADHANI -
Abu Manshur al-Maturidi sebagai tokoh Aswaja paling berpengaruh di Asia Tengah dengan segenap karya tulisnya yang mampu mematahkan segenap pemikiran sekte yang menyimpang dengan argumentasi nalar yang kuat. Pemakaian nalar akal yang cukup dan seimbang adalah corak pemikiran Abu Manshur al-Maturidi dalam ilmu aqidah yang juga mengacu terhadap karakter pemikiran Imam Abu Hanifah. Oleh karena itu, tidak berlebihan bahwa pemikiran yang dibawa oleh Abu Manshur al-Maturidi adalah penyempurna argumentasi yang dibangun oleh Abu Hanifah dalam kitab al-Fiqh al-Akbar. Bahkan, hingga saat ini sebagian besar pengikut ajaran Abu Manshur al-Maturidi adalah pengikut mazhab Abu Hanifah dalam bidang ilmu fiqih. Tentu hal ini sangat berbeda dengan sekte Muktazilah yang lebih mengedepankan akal melebihi nash Al-Quran dan Hadits.
Memang benar, ada perbedaan pendapat di antara golongan al-Maturidi dan golongan al-Asy’ari dalam beberapa permasalahan, seperti hakikat iman orang yang taqlid (pengikut mazhab) dan sejenisnya sebagai imbas dari analogi pemikiran yang berbeda. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak sampai membuat satu golongan mengkafirkan dan membid’ahkan golongan yang lain. Bahkan, sebagian ulama pembesar mazhab al-Asy’ari juga beberapa kali lebih condong terhadap pendapat Abu Manshur al-Maturidi begitu juga sebaliknya.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051037 HOLIFATUR ROHMAH -
Sejak kholifah al mutawakkil dari Dinasti abasiyyah mengucilkan ajaran muktazilah pada tahun 234 H maka semenjak itulah ajaran muktazilah mulai menyingkir ke daerah daerah sekitar asia Tengah, dan beberapa ajaran agama lain yang mengakar kuat sejak dahulu di Asia tengah. Dan hal ini juga di sebabkan letak daerah asia Tengah yang strategi sebagai jalur perdangangan dan pertemuan budaya.
Maka dari itu tampillah abu mansur alhamdulillah maturidi sebagai tokoh aswaja paling berpengaruh di Asia Tengah dengan segenap karya tulisanya yang mampu mematahkan segenap pemikiran sekte yang menyimpang dengan argumentasi nalar yang kuat. Pemakaian nalar akal yang cukup dan seimbang adalah corak pemikiran abu mansur alhamdulillah maturidi dalam ilmu aqidah yang juga mengacu terhadap karakter pemikiran imam abu Hanifah.
Pemikiran yang di bawa oleh abu mansur alhamdulillah maturidi adalah penyempurna argumentasi yang di bangun oleh abu hanifah dalam kitab al fiqh al akbar bahkan hingga saat ini sebagian besar pengikut ajaran abu manshur al maturidi adalah pengikut mazhab abu hanifah dalam bidang ilmu dengan sakte madhzab tanpa melampui batas dan berlebihan.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051035 MOCH HUSEN -
Abu Manshur al-Maturidi sebagai tokoh Aswaja paling berpengaruh di Asia Tengah dengan segenap karya tulisnya yang mampu mematahkan segenap pemikiran sekte yang menyimpang dengan argumentasi nalar yang kuat. Pemakaian nalar akal yang cukup dan seimbang adalah corak pemikiran Abu Manshur al-Maturidi dalam ilmu aqidah yang juga mengacu terhadap karakter pemikiran Imam Abu Hanifah. Oleh karena itu, tidak berlebihan bahwa pemikiran yang dibawa oleh Abu Manshur al-Maturidi adalah penyempurna argumentasi yang dibangun oleh Abu Hanifah dalam kitab al-Fiqh al-Akbar. Bahkan, hingga saat ini sebagian besar pengikut ajaran Abu Manshur al-Maturidi adalah pengikut mazhab Abu Hanifah dalam bidang ilmu fiqih. Tentu hal ini sangat berbeda dengan sekte Muktazilah yang lebih mengedepankan akal melebihi nash Al-Quran dan Hadits.

In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051035 MOCH HUSEN -
Abu Manshur al-Maturidi sebagai tokoh Aswaja paling berpengaruh di Asia Tengah dengan segenap karya tulisnya yang mampu mematahkan segenap pemikiran sekte yang menyimpang dengan argumentasi nalar yang kuat. Pemakaian nalar akal yang cukup dan seimbang adalah corak pemikiran Abu Manshur al-Maturidi dalam ilmu aqidah yang juga mengacu terhadap karakter pemikiran Imam Abu Hanifah. Oleh karena itu, tidak berlebihan bahwa pemikiran yang dibawa oleh Abu Manshur al-Maturidi adalah penyempurna argumentasi yang dibangun oleh Abu Hanifah dalam kitab al-Fiqh al-Akbar. Bahkan, hingga saat ini sebagian besar pengikut ajaran Abu Manshur al-Maturidi adalah pengikut mazhab Abu Hanifah dalam bidang ilmu fiqih. Tentu hal ini sangat berbeda dengan sekte Muktazilah yang lebih mengedepankan akal melebihi nash Al-Quran dan Hadits.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051040 RIFFA -
Aliran maturidiyah didirikan oleh abu al -mansur al-maturidi aliran ini sama seperti aliran asy'riyah yaitu sebagai penolakan terhadap penolakan mu'tazilah yang tidak sesuai dengan al-qur'an dan sunnah yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW. Walaupun pandangan keadaan yang dianut oleh al-maturidi yang hampir sama dengan mu'tazilah.
Dalam aliran ini argumentasi dan dalil kalami yang selalu digunakan dalam membantah perselisihan seperti mu'tazilah jahmiyah dan untuk menetapkan hakikat agama dan akidah islamiyah.
Pemikiran Maturidiyah
-akal dan wahyu
Berdasarkan al-maturidi, artinya Tuhan tidak dapat diketahui oleh akal.
-Perbuatan manusia
Segala sesuatu yang berkaitan dengan perbutan manusia, dan segala sesuatu ciptaan itu kehendak Allah swt., Dengan demikian tidak ada pertentangan dengan kodrat Allah swt. yang menciptakan perbuatan manusia dan ikhtiar yang ada pada manusia. Kemudian karena daya diciptakan dalam diri manusia dan perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan manusia itu sendiri dalam arti yang sebenarnya, tentu daya itu juga daya manusia.
-Sifat Tuhan
Allah SWT. itu memiliki sifat-sifat seperti kalam , sama ' , bashar dan sebagainya itu mulzamah (suatu keharusan) bagi Allah swt. Tuhan sekalian semesta alam.
-Melihat Tuhan
Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia kelak di akhirat dapat melihat Tuhan.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051025 HIMATUL FAIZAH -
Aliran Maturidiyah ini dinisbatkan kepada Imam al-Maturidy. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Abu Mansur al-Maturidy. Dia lahir di kota Maturid, Samarkand.
Aliran al-Maturidiyah adalah sebuah aliran yang tidak jauh berbeda dengan aliran al-Asy’ariyah. Keduanya lahir sebagai bentuk pembelaan terhadap sunnah. Bila aliran Al-Asy’ariyah berkembang di Basrah maka aliran al-Maturidiyah berkembang di Samarkand.

Untuk mengetahui sistim pemikiran al-Maturidy, kita tidak bisa meninggalkan pikiran-pikiran al-Asy’ary dan aliran Mu’tazilah, sebab ia tidak bisa terlepas dari suasana masanya. Baik al-Asy’ary maupun al-Maturidy kedua-duanya hidup semasa dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu membendung dan melawan aliran Mu’tazilah.
Perbedaannya adalah al-asy’ary mengadapi negeri kelahiran aliran Mu’tazilah yaitu Bashrah dan Iraq pada umumnya, sedang al-Maturidy menghadapi Mu’tazilah dinegerinya yaitu samrkand dan Iran pada umumnya.

Pada perkembangan selanjutnya al-Maturidiyah terbagi menjadi dua golongan. Yaitu golongan Samarkand dan golongan Bukhara yang dipelopori oleh Bazdawi.

Pemikiran teologi Al Maturidiyah:

1. Akal dan wahyu.
Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-qur'an dan akal. Dalam hal ini ia sama dengan Asyari, namun porsi yang diberikannya kepada akal lebih besar dari pada yang diberikan Al Asyari.

2. Kekuasaan Dan Kehendak Mutlak Tuhan.
Perbuatan dan segala sesuatu dalam wujud ini, yang baik atau yang buruk adalah ciptaan Tuhan. Menurut Al Maturidi bukan berarti dalam hal ini Tuhan berbuat dan berkehendak dengan sewenang-wenang dengan kehendak-Nya semata. Hal ini karena Tuhan tidak sewenang-wenang, tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang ditetapkan-Nya.

3. Melihat Tuhan.
Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan. Hal ini diberitakan oleh Al-Qur'an, antara lain firman Allah dalam surat Al Qiyamah ayat 22 dan 23.
"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. kepada Tuhannyalah mereka melihat"

4. Pelaku Dosa Besar.
Aliran Maturidiyah baik Samarkand maupun Bukhara sepakat menyatakan bahwa pelaku dosa masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam dirinya. Adapun balasan yang diperolehnya kelak diakherat bergantung pada apa yang dilakukannya di dunia. Jika ia meninggal tanpa taubat terlebih dahulu, keputusannya diserahkann sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT.

5. Perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia.
Aliran maturidiyah Samarkand memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja. Dengan demikian, Tuhan mempunyai kewajiban melakukan yang baik bagi manusia. Demikian juga pengiriman Rasul dipandang sebagai kewajiban Tuhan.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051039 NUR WARDATUL WALIDAH -
Imam al-maturidi sebagai tokoh aswaja paling berpengaruh dengan semua karya tulisnya yang mampu mematahkan pikiran sekte yang menyimpang dengan argumentasi nalar yang kuat. Pemakaian nalar yang cukup dan seimbang adalah corak pemikiran imam al-maturidi dalam ilmu aqidah yang juga mengacu terhadap karakter pemikiran Imam Abu Hanifah. Memang benar terdapat perbedaan antara golongan al-maturidi dengan golongan al-asy'ari dalam beberapa permasalahan, seperti hakikat iman orang yang taqlid (pengikut mazhab) sebagai imbas dari analogi pemikiran yang berbeda. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak sampai membuat satu golongan mengkafirkan dan mengbid'ahkan golongan yang lain. Aliran maturidiah merupakan aliran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Dalam ensiklopedia Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve, disebutkan, pada pertengahan abad ke-3 H terjadi pertentangan yang hebat antara golongan Muktazilah dan para ulama. Sebab, pendapat Muktazilah dianggap menyesatkan umat Islam. Al-Maturidi yang hidup pada masa itu melibatkan diri dalam pertentangan tersebut dengan mengajukan pemikirannya. Pemikiran-pemikiran al-Maturidi dinilai bertujuan untuk membendung tidak hanya paham Muktazilah, tetapi juga aliran Asy’ariyah. Pemikiran teologi al-muturidi 1. Akal dan Wahyu, yang dimaksud adala mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal. Hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan agar manusia menggunakan akalnya untuk memperoleh pengetahuan dan keimanannya terhadapAllah melalui pengamatan dan pemikiran yang mendalam tentang makhluk ciptaan-Nya. Jika akal tidak memiliki kemampuan tersebut, maka tentunya Allah tidak akan memerintahkan manusia untuk melakukannya. 2. Perbuatan manusia, yang dimaksud adalah Perbuatan manusia adalah ciptaan Allah, karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaan-Nya. Mengenai perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak Allah mengharuskan manusia untuk memiliki kemampuan untuk berbuat (ikhtiar) agar kewajiban yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakan. Dalam hal ini Al-Maturidy mempertemukan antara ikhtiar manusia dengan qudrat Allah sebagai pencipta perbuatan manusia. 3. Sifat Tuhan, yang dimaksud adalah Allah bersifat immateri, yang karenanya Ia tidak memiliki sifat-sifat jasmani (materiil). 4. Melihat Tuhan, yang dimaksud adalahl-Maturidy meyakini bahwa Allah dapat dilihat kelak di akhirat , karena ia mempunyai wujud. Namun melihat Tuhan, kelak di akhirat tidak dalam bentuknya, karena keadaan di sana beda dengan dunia. 5. Kalam Tuhan, yang dimaksud adalah Al-Maturidy membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau makna abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baru (hadits). Kalam nafsi tidak dapat kita ketahui hakikatnya dari bagaimana Allah bersifat dengannya, kecuali dengan suatu perantara. 6. Perbuatan Tuhan, yang dimaksud adalah Semua yang terjadi atas kehendak-Nya, dan tidak ada yang memaksa atau membatasi kehendak Tuhan, kecuali karena da hikmah dan keadilan yang ditentukan oleh kehendak-Nya sendiri. Setiap perbuatan-Nya yang bersifat mencipta atau kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada manusia tidak lepas dari hikmah dan keadilan yang dikehendaki-Nya. 7. Pengutusan Rasul, yang dimaksud adalah Pengutusan Rasul berfungsi sebagai sumber informasi, tanpa mengikuti ajaran wahyu yang disampaikan oleh rasul berarti manusia telah membebankan sesuatu yang berada di luar kemampuan akalnya. Pandangan ini tidak jauh dengan pandangan Mu’tazilah, yaitu bahwa pengutusan rasul kepada umat adalah kewajiban Tuhan agar manusia dapat berbuat baik bahkan terbaik dalam hidupnya. 8. Pelaku dosa besar, yang dimaksud adalah Al-Maturidy berpendapat iman itu tidak akan hilang karena melakukan dosa besar, dan Tuhan yang akan mengadili kelak dihari kiamat. Antara iman dan perbuatan tidak saling mempengaruhi atau menghilangkan, karena iman itu di dalam Qalb, sedang perbuatan letaknya pada gerakan anggota badan. 9. Iman, yang dimaksud adalah Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah tashdiq bi al-qalb, bukan semata iqrar bi al-lisan. 10. Kebaikan dan keburukan menurut akal, yang dimaksud adalah Al-Maturidy dan juga golongan Maturidiyah jug amengakui adanya keburukan objektif(yang terdapat pada asustu perbuatan itu sendiri) dan akal bisa mengetahui kebaikan dan keburukan itu sebagi sesuatu perbuatan. Seolah-olah meerekamembagi perbuatan menjadi tiga bagian. Yaitu bagian yang dapat diketahui kebaikannya dengan akal semata. Sebagian yang tidak dapat diketahui keburukannya dengan akal semata dana sebagian lagi yang tidak jelas kebaikan dan keburukannya bagi akal. Kebaikan dan keburukan bagian terakhir ini hanya bisa diketahui dengan melalui syara.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051026 AHMAD MUDESSIR -
Pemikiran Abu Manshur al-Maturidi
Sejak Khalifah al-Mutawakkil dari dinasti Abbasiyyah mengucilkan ajaran sekte Muktazilah pada tahun 234 H maka semenjak itulah ajaran sekte Muktazilah mulai menyingkir ke daerah-daerah sekitar Asia Tengah. Begitu juga dengan sekte Qaramithah yang mencapai kejayaan dakwahnya di daerah Asia Tengah sekitar tahun 261 hingga tahun 278 H. Ditambah dengan pengaruh ajaran Zoroaster dan beberapa ajaran agama lain yang mengakar kuat sejak dahulu di Asia Tengah. Hal ini juga disebabkan letak daerah Asia Tengah yang strategis sebagai jalur perdagangan dan pertemuan budaya dari daratan China hingga kawasan Timur tengah. Maka, tampillah Abu Manshur al-Maturidi sebagai tokoh Aswaja paling berpengaruh di Asia Tengah dengan segenap karya tulisnya yang mampu mematahkan segenap pemikiran sekte yang menyimpang dengan argumentasi nalar yang kuat. Pemakaian nalar akal yang cukup dan seimbang adalah corak pemikiran Abu Manshur al-Maturidi dalam ilmu aqidah yang juga mengacu terhadap karakter pemikiran Imam Abu Hanifah. Oleh karena itu, tidak berlebihan bahwa pemikiran yang dibawa oleh Abu Manshur al-Maturidi adalah penyempurna argumentasi yang dibangun oleh Abu Hanifah dalam kitab al-Fiqh al-Akbar. Bahkan, hingga saat ini sebagian besar pengikut ajaran Abu Manshur al-Maturidi adalah pengikut mazhab Abu Hanifah dalam bidang ilmu fiqih. Tentu hal ini sangat berbeda dengan sekte Muktazilah yang lebih mengedepankan akal melebihi nash Al-Quran dan Hadits.

Manhaj al-Maturidi memakai argumentasi nalar yang besar tanpa melampaui batas dan berlebihan. Sedangkan, manhaj al-Asy’ari berpegang teguh dengan dalil Naql serta mengukuhkannya dengan argumentasi nalar akal. Sehingga sebagian pengkaji ilmu aqidah meneguhkan bahwa manhaj al-Asy’ari berada di antara pemikiran sekte Muktazilah dan ulama ahli fiqh dan ahli Hadits sedangkan manhaj al-Maturidi berada di antara pemikiran sekte Muktazilah dan manhaj al-Asy’ari”

Memang benar, ada perbedaan pendapat di antara golongan al-Maturidi dan golongan al-Asy’ari dalam beberapa permasalahan, seperti hakikat iman orang yang taqlid (pengikut mazhab) dan sejenisnya sebagai imbas dari analogi pemikiran yang berbeda. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak sampai membuat satu golongan mengkafirkan dan membid’ahkan golongan yang lain. Bahkan, sebagian ulama pembesar mazhab al-Asy’ari juga beberapa kali lebih condong terhadap pendapat Abu Manshur al-Maturidi begitu juga sebaliknya.

“Dan para ulama ahli tahqiq dari dua golongan (al-Maturidi dan al-Asy’ari), di antara keduanya tidaklah menisbatkan bid’ah dan sesat kepada satu sama lain” (Hasyiyah al-Kastali ala ‘Aqaid an-Nasafiyyah [Baghdad: Maktabah al-Mutsanna], 1979, hal. 17). Sikap moderat dalam menyikapi akal dan nash juga ditegaskan oleh Abu Manshur al-Maturidi dalam kitab at-Tauhid, ia mengatakan, “Agama hanya dapat dikenal dengan mendengarkan (nash) dan nalar akal.” Oleh karena itu, Abu Manshur al-Maturidi memberikan batasan yang jelas dalam seluruh karyanya tentang penggunaan nalar akal. Dan ada kalanya akal harus tunduk terhadap nash sahih dalam Al-Qur’an dan Hadits. Selain itu, al-Maturidi juga banyak menukil pendapat Aristoteles tentang sepuluh dasar ilmu logika dalam kitab at-Tauhid.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051014 RISKATUL KHASANAH -

Imam Al-Maturidi. Nama lengkapnya adalah lmam Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi. Nama Al-Maturidi adalah nisbah pada suatu daerah di mana ia dilahirkan, daerah itu dikenal dengan Maturidi atau Maturiti yang terletak di kota Samarqandi, terkenal dengan “Ma wara’a, al-Nahr” atau “Ma wa ra’a al-Nahr Jaihun ( First Encyclopaedia Islam, 1987 : 414).” Oleh sebab itulah ia pun dikenal dengan nama Al-Syaikh Al- Imam ‘Ilm Al-Huda Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi Al-Samarqandi.

 Imam Al-Maturidi banyak dipengaruhi oleh pola fikir Imam Abi Hanifah, yang banyak memakai rasio dalam pendangan keagamaannya, maka tak heran jika ia pun banyak menggunakan kakuatan akal dalam sistem teologinya.8 Oleh karena itu, kendatipun ia sama-sama menentang faham Mu’tazilah dengan Imam Al-Asy’ari ternyata banyak fahamnya yang kontroversi dengan Asy’ari sendiri dan ketika itu ia justru sependapat dengan Mu’tazilah. Di antara pemikiran-pemikirannya dalam masalah teologi adalah :

1. Mengenai al-Qur’an

2. Mengenai sifat allah swt

3. Masalah iman dan islam

4. Masalah Melihat Allah SWT

5. Masalah dosa besar

5. Masalah Baik dan Buruk

In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051028 NOVA ELIZA -

Al- Maturidiyah merupakan salah satu aliran sunni yang dinisbatkan kepada penggagasnya bernama Muhammad bin Muhammad bin Mahmud, yang dikenal dikalangan masyarakat dengan nama Abu Mansur Al Maturidy. Belum ada catatan yang dapat menunjukkan dengan pasti kapan tokoh ini lahir, tapi para ulama banyak yang berpendapat bahwa beliau lahir pada pertengana abad ke tiga di daerah samarkand dan wafat pada tahun 333 H.. Abu mansur merupakan salah seorang ulama yang mempelajari Usulul Fiqh hanafi. Pada masa itu terjadi pergolakan pemikiran khususnya seputar fiqh wa usuluhu khususnya antara Hanafiyah dan Syafi’iyah. Di saat badai perdebatan terjadi di antara para fuqaha dan muhadditsin, serta ulama-ulama mu’tazilah baik dalam bidang ilmu kalam ataupun fiqh dan usulnya pada kondisi itulah Abu Mansur Al Maturidy hidup. Beliau dikenal sebagai ulama yang beraliran madzhab Hanafi. Sebagaina disebutkan oleh kalangan ulama hanafiah, bahwa Abu Mansur memiliki arus pemikiran teologi yang sama persis dengan Abu Hanifah.


Pemikiran maturidiyah

1. Akal dan wahyu

Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-qur'an dan akal. Dalam hal ini ia sama dengan Asyari, namun porsi yang diberikannya kepada akal lebih besar dari pada yang diberikan Al Asyari.

In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by Rainald Anwar -
Aliran Maturidiyah ini dinisbatkan kepada Imam al-Maturidy. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Abu Mansur al-Maturidy. Dia lahir di kota Maturid, Samarkand.
Aliran al-Maturidiyah adalah sebuah aliran yang tidak jauh berbeda dengan aliran al-Asy’ariyah. Keduanya lahir sebagai bentuk pembelaan terhadap sunnah. Bila aliran Al-Asy’ariyah berkembang di Basrah maka aliran al-Maturidiyah berkembang di Samarkand.

Untuk mengetahui sistim pemikiran al-Maturidy, kita tidak bisa meninggalkan pikiran-pikiran al-Asy’ary dan aliran Mu’tazilah, sebab ia tidak bisa terlepas dari suasana masanya. Baik al-Asy’ary maupun al-Maturidy kedua-duanya hidup semasa dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu membendung dan melawan aliran Mu’tazilah.
Perbedaannya adalah al-asy’ary mengadapi negeri kelahiran aliran Mu’tazilah yaitu Bashrah dan Iraq pada umumnya, sedang al-Maturidy menghadapi Mu’tazilah dinegerinya yaitu samrkand dan Iran pada umumnya.

Pada perkembangan selanjutnya al-Maturidiyah terbagi menjadi dua golongan. Yaitu golongan Samarkand dan golongan Bukhara yang dipelopori oleh Bazdawi.

Pemikiran teologi Al Maturidiyah:

1. Akal dan wahyu.
Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-qur'an dan akal. Dalam hal ini ia sama dengan Asyari, namun porsi yang diberikannya kepada akal lebih besar dari pada yang diberikan Al Asyari.

2. Kekuasaan Dan Kehendak Mutlak Tuhan.
Perbuatan dan segala sesuatu dalam wujud ini, yang baik atau yang buruk adalah ciptaan Tuhan. Menurut Al Maturidi bukan berarti dalam hal ini Tuhan berbuat dan berkehendak dengan sewenang-wenang dengan kehendak-Nya semata. Hal ini karena Tuhan tidak sewenang-wenang, tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang ditetapkan-Nya.

3. Melihat Tuhan.
Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan. Hal ini diberitakan oleh Al-Qur'an, antara lain firman Allah dalam surat Al Qiyamah ayat 22 dan 23.
"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. kepada Tuhannyalah mereka melihat"

4. Pelaku Dosa Besar.
Aliran Maturidiyah baik Samarkand maupun Bukhara sepakat menyatakan bahwa pelaku dosa masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam dirinya. Adapun balasan yang diperolehnya kelak diakherat bergantung pada apa yang dilakukannya di dunia. Jika ia meninggal tanpa taubat terlebih dahulu, keputusannya diserahkann sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT.

5. Perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia.
Aliran maturidiyah Samarkand memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja. Dengan demikian, Tuhan mempunyai kewajiban melakukan yang baik bagi manusia. Demikian juga pengiriman Rasul dipandang sebagai kewajiban Tuhan.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051005 SITI HOFIFAH Q A -
Aliran Maturidiyah didirikan oleh Abu al-Mansur al-Maturidi. Aliran ini hampir sama seperti aliran Asy'ariyah, yaitu sebagai penolakan terhadap pemikiran Mu'tazilah yang tidak sesuai dengan al-Qur'an dan sunnah yang ditanggapi oleh Rasulullah saw. Walaupun pandangan keagamaan yang dianut oleh al-Maturidi hampir sama dengan Mu'tazilah.

Pemikiran Maturidiyah

Akal dan wahyu
Berdasarkan al-Maturidi, artinya Tuhan tidak dapat diketahui dengan akal.

Perbuatan manusia
Segala sesuatu yang berkaitan dengan perbutan manusia, dan segala sesuatu ciptaan itu kehendak Allah swt., Dengan demikian tidak ada pertentangan dengan kodrat Allah swt. yang menciptakan perbuatan manusia dan ikhtiar yang ada pada manusia. Kemudian karena daya diciptakan dalam diri manusia dan perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan manusia itu sendiri dalam arti yang sebenarnya, tentu daya itu juga daya manusia.

Sifat Tuhan
Allah SWT. itu memiliki sifat-sifat seperti kalam , sama ' , bashar dan sebagainya itu mulzamah (suatu keharusan) bagi Allah swt. Tuhan sekalian semesta alam.

Melihat Tuhan

Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia kelak di akhirat dapat melihat Tuhan.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051003 ENGGAR AYUNINGTIYAS -
Al-Maturidiyah merupakan salah satu aliran sunni yang dinisbatkan kepada penggagasnya bernama Muhammad bin Muhammad bin Mahmud, yang dikenal dikalangan masyarakat dengan nama Abu Mansur Al Maturidy. Belum ada catatan yang dapat menunjukkan dengan pasti kapan tokoh ini lahir, tapi para ulama banyak yang berpendapat bahwa beliau lahir pada pertengana abad ke tiga di daerah samarkand dan wafat pada tahun 333 H.. Abu mansur merupakan salah seorang ulama yang mempelajari Usulul Fiqh hanafi. Pada masa itu terjadi pergolakan pemikiran khususnya seputar fiqh wa usuluhu khususnya antara Hanafiyah dan Syafi’iyah. Di saat badai perdebatan terjadi di antara para fuqaha dan muhadditsin, serta ulama-ulama mu’tazilah baik dalam bidang ilmu kalam ataupun fiqh dan usulnya pada kondisi itulah Abu Mansur Al Maturidy hidup. Beliau dikenal sebagai ulama yang beraliran madzhab Hanafi. Sebagaina disebutkan oleh kalangan ulama hanafiah, bahwa Abu Mansur memiliki arus pemikiran teologi yang sama persis dengan Abu Hanifah.

Abu Mansur Al-Maturidy yang terkenal dengan julukan Imâm Al Huda. Pernyataan ini membuktikan begitu besar pengaruh beliau dalam masyarakat yang heterogen dengn segudang pendapat dan aliran dalam beragama. Untuk memperkokoh kedudukannya dibidang teologi beliau banyak menulis,diatanranya adalah Kitab Ta’wil Al- Qur’an, Kitab Ma’khud As Syarâ’I, Kitab Al Jidal, Kitab Al Ushul fi Usul Ad Din, Kitab Al Maqâlât fi Al Kalâm, Kitab At Tauhîd dan masih banyak lagi kitab yang lainnya.

Latar belakang lahirnya aliran ini, hampir sama dengan aliran Al-Asy’ariyah, yaitu sebagai reaksi penolakan terhadap ajaran dari aliran Mu’tazilah, walaupun sebenarnya pandangan keagamaan yang dianutnya hampir sama dengan pandangan Mu’tazilah yaitu lebih menonjolkan akal dalam sistem teologinya.
In reply to 2003401051003 ENGGAR AYUNINGTIYAS

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051065 MEGA AGUSTININGSIH -
hal ini berawal dari krisis ummat islam dalam menciptakan persatuan karna terlalu mengandalkan rasio. krisis itu dapat segera diatasi dengan munculnya dua orang ulama serta mendapat dukungan mayoritas umat islam sampai sekarang, yaitu imam hasan 'ali bin isma'il Al-Asy'ari dan imam Abu Mansur Muhammad bin Muhammad Maturidi.
Mu'tazillah menciptakan teologi islam bercorak rasional ekstrim serta mentakwilkan ayat mutasyabihat dengan filsafah, tetapi Al-Asy'ari (juga golongan Al-Asy'ariyah) dengan dasar baru yaitu
a. membatalkan falsafah Yunani dan falsafah Timur lainya dari dasarnya sendiri (dengan dalil-dalil falsafah)
b. menetapkan dan membuktika kebenaran islam dengan metode dialektis.

Asy'ari mempunyai pengikut kuat yang melanjutkan ajaranya sehingga ajaran Asy'ariyah mengalami kemajuan pesat. Lebih dari itu asy'ariyah menjadi inti dari ahli sunnah waljamaah.

sebagaimana halnya aliran aliran Asy'ariyah, aliran maturidiyah juga diambil dari nama pendirinya yaitu Abu Mansyur Al-Maturidi lahir di Maturid, kota kecil Samarkand. jikalau Al Asy'ari semula orang Mu'tazilah. Al-Maturidi sejak lahir sudah menentangnya. Kalau Al-Asy'ari dalam bidang fiqih menganut Syafi'i , Al-Maturidi Mengikut Madzhab Hanafi beserta pengikutnya.
pemikiran Al-Maturidi di bidang Aqidah sama dengan pendapat abu hanifah. Pertalian antara keduanya dikuatkan oleh pengakuan Al-Maturidi sendiri bahwa iya mempelajari buku-buku Abu- Hanifah dengan silsilah nama yang dimulai dari gurunya sampai dengan pengarangnya, Abu Hanifah. keduanya sama-sama menentang Mu'tazilah.

Pada hakikatnya jelaslah, yang menjadi inti daripada ahli sunnah wal Jamaah ialah aliran Asy'Ariyah. Oleh karena itu membicarakan perkembangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah berarti membicarakan perkembangan Asy'Ariyah sementara itu, aliran Maturidiyah karena pengikut-pengikutnya tidak sekuat pengikut Asy'Ariyah akibatnya aliran tersebut tidak begitu berkembang.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051015 MOH ALIL QODRI -

Abu Manshur al-Maturidi sebagai tokoh Aswaja paling berpengaruh di Asia Tengah dengan segenap karya tulisnya yang mampu mematahkan segenap pemikiran sekte yang menyimpang dengan argumentasi nalar yang kuat. Pemakaian nalar akal yang cukup dan seimbang adalah corak pemikiran Abu Manshur al-Maturidi dalam ilmu aqidah yang juga mengacu terhadap karakter pemikiran Imam Abu Hanifah. Oleh karena itu, tidak berlebihan bahwa pemikiran yang dibawa oleh Abu Manshur al-Maturidi adalah penyempurna argumentasi yang dibangun oleh Abu Hanifah dalam kitab al-Fiqh al-Akbar. Bahkan, hingga saat ini sebagian besar pengikut ajaran Abu Manshur al-Maturidi adalah pengikut mazhab Abu Hanifah dalam bidang ilmu fiqih. Tentu hal ini sangat berbeda dengan sekte Muktazilah yang lebih mengedepankan akal melebihi nash Al-Quran dan Hadits.
Memang benar, ada perbedaan pendapat di antara golongan al-Maturidi dan golongan al-Asy’ari dalam beberapa permasalahan, seperti hakikat iman orang yang taqlid (pengikut mazhab) dan sejenisnya sebagai imbas dari analogi pemikiran yang berbeda. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak sampai membuat satu golongan mengkafirkan dan membid’ahkan golongan yang lain. Bahkan, sebagian ulama pembesar mazhab al-Asy’ari juga beberapa kali lebih condong terhadap pendapat Abu Manshur al-Maturidi begitu juga sebaliknya.

In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051021 BAGUS ABDULLAH ASSIDDIQI -

Aliran Maturidiyah didirikan oleh Abu al-Mansur al-Maturidi. Aliran ini hampir sama seperti aliran Asy'ariyah, yaitu sebagai penolakan terhadap pemikiran Mu'tazilah yang tidak sesuai dengan al-Qur'an dan sunnah yang ditanggapi oleh Rasulullah saw. Walaupun pandangan keagamaan yang dianut oleh al-Maturidi hampir sama dengan Mu'tazilah.

Sejak kholifah al mutawakkil dari Dinasti abasiyyah mengucilkan ajaran muktazilah pada tahun 234 H maka semenjak itulah ajaran muktazilah mulai menyingkir ke daerah daerah sekitar asia Tengah, dan beberapa ajaran agama lain yang mengakar kuat sejak dahulu di Asia tengah. Dan hal ini juga di sebabkan letak daerah asia Tengah yang strategi sebagai jalur perdangangan dan pertemuan budaya.

Maka dari itu tampillah abu mansur alhamdulillah maturidi sebagai tokoh aswaja paling berpengaruh di Asia Tengah dengan segenap karya tulisanya yang mampu mematahkan segenap pemikiran sekte yang menyimpang dengan argumentasi nalar yang kuat. 

In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051002 ROKFATUL MILLA -
Al-Maturidiyah merupakan salah satu aliran sunni yang dinisbatkan kepada penggagasnya bernama Muhammad bin Muhammad bin Mahmud, yang dikenal dikalangan masyarakat dengan nama Abu Mansur Al Maturidy. Belum ada catatan yang dapat menunjukkan dengan pasti kapan tokoh ini lahir, tapi para ulama banyak yang berpendapat bahwa beliau lahir pada pertengana abad ke tiga di daerah samarkand dan wafat pada tahun 333 H.. Abu mansur merupakan salah seorang ulama yang mempelajari Usulul Fiqh hanafi. Pada masa itu terjadi pergolakan pemikiran khususnya seputar fiqh wa usuluhu khususnya antara Hanafiyah dan Syafi’iyah. Di saat badai perdebatan terjadi di antara para fuqaha dan muhadditsin, serta ulama-ulama mu’tazilah baik dalam bidang ilmu kalam ataupun fiqh dan usulnya pada kondisi itulah Abu Mansur Al Maturidy hidup. Beliau dikenal sebagai ulama yang beraliran madzhab Hanafi. Sebagaina disebutkan oleh kalangan ulama hanafiah, bahwa Abu Mansur memiliki arus pemikiran teologi yang sama persis dengan Abu Hanifah.

Abu Mansur Al-Maturidy yang terkenal dengan julukan Imâm Al Huda. Pernyataan ini membuktikan begitu besar pengaruh beliau dalam masyarakat yang heterogen dengn segudang pendapat dan aliran dalam beragama. Untuk memperkokoh kedudukannya dibidang teologi beliau banyak menulis,diatanranya adalah Kitab Ta’wil Al- Qur’an, Kitab Ma’khud As Syarâ’I, Kitab Al Jidal, Kitab Al Ushul fi Usul Ad Din, Kitab Al Maqâlât fi Al Kalâm, Kitab At Tauhîd dan masih banyak lagi kitab yang lainnya.

Latar belakang lahirnya aliran ini, hampir sama dengan aliran Al-Asy’ariyah, yaitu sebagai reaksi penolakan terhadap ajaran dari aliran Mu’tazilah, walaupun sebenarnya pandangan keagamaan yang dianutnya hampir sama dengan pandangan Mu’tazilah yaitu lebih menonjolkan akal dalam sistem teologinya.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

diskusi

by 2003401051065 MEGA AGUSTININGSIH -
hal ini berawal dari krisis ummat islam dalam menciptakan persatuan karna terlalu mengandalkan rasio. krisis itu dapat segera diatasi dengan munculnya dua orang ulama serta mendapat dukungan mayoritas umat islam sampai sekarang, yaitu imam hasan 'ali bin isma'il Al-Asy'ari dan imam Abu Mansur Muhammad bin Muhammad Maturidi.
Mu'tazillah menciptakan teologi islam bercorak rasional ekstrim serta mentakwilkan ayat mutasyabihat dengan filsafah, tetapi Al-Asy'ari (juga golongan Al-Asy'ariyah) dengan dasar baru yaitu
a. membatalkan falsafah Yunani dan falsafah Timur lainya dari dasarnya sendiri (dengan dalil-dalil falsafah)
b. menetapkan dan membuktika kebenaran islam dengan metode dialektis.

Asy'ari mempunyai pengikut kuat yang melanjutkan ajaranya sehingga ajaran Asy'ariyah mengalami kemajuan pesat. Lebih dari itu asy'ariyah menjadi inti dari ahli sunnah waljamaah.

sebagaimana halnya aliran aliran Asy'ariyah, aliran maturidiyah juga diambil dari nama pendirinya yaitu Abu Mansyur Al-Maturidi lahir di Maturid, kota kecil Samarkand. jikalau Al Asy'ari semula orang Mu'tazilah. Al-Maturidi sejak lahir sudah menentangnya. Kalau Al-Asy'ari dalam bidang fiqih menganut Syafi'i , Al-Maturidi Mengikut Madzhab Hanafi beserta pengikutnya.
pemikiran Al-Maturidi di bidang Aqidah sama dengan pendapat abu hanifah. Pertalian antara keduanya dikuatkan oleh pengakuan Al-Maturidi sendiri bahwa iya mempelajari buku-buku Abu- Hanifah dengan silsilah nama yang dimulai dari gurunya sampai dengan pengarangnya, Abu Hanifah. keduanya sama-sama menentang Mu'tazilah.

Pada hakikatnya jelaslah, yang menjadi inti daripada ahli sunnah wal Jamaah ialah aliran Asy'Ariyah. Oleh karena itu membicarakan perkembangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah berarti membicarakan perkembangan Asy'Ariyah sementara itu, aliran Maturidiyah karena pengikut-pengikutnya tidak sekuat pengikut Asy'Ariyah akibatnya aliran tersebut tidak begitu berkembang.
In reply to 0702028202 Dr. Ahmad Halid, S.Pd.I.,M.Pd.I

Re: Sejarah pemikiran imam al-maturidi sebagai madzhab aqidah aswaja

by 2003401051058 MAULANA BINTANG PAMUNGKAS -
Aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Aliran ini pertama kali muncul di Samarkand, pertengahan kedua abad kesembilan Masehi. Nama aliran itu dinisbahkan dari nama pendirinya, Abu Mansur Muhammad Al-Maturidi.



Al-Maturidi lahir dan hidup di tengah-tengah iklim keagamaan yang penuh dengan pertentangan pendapat antara Muktazilah dan Asy’ariyah mengenai kemampuan akal manusia.



Aliran ini disebut-sebut memiliki kemiripan dengan Asy’ariyah. Sebelum mendirikan aliran Maturidiyah ini, Abu Mansur Al-Maturidi adalah murid dari pendiri Asy’ariyah, yakni Abu Hasan Al-Asy’ari.