kajian ke 3

Keesaan Allah, Kebebasan berkehendak, akal dan Wahyu.

Keesaan Allah, Kebebasan berkehendak, akal dan Wahyu.

oleh 2003401051019 M.Naufal Agustian Hidayatulloh -
Jumlah balasan: 0

Quraish Shihab juga menjelaskan, bahwa ada empat macam keesaan yang dimiliki Allah. Menurut para ulama, keesaan pertama, yaitu zat. Artinya Allah tidak terdiri dari bagian-bagian, namun satu tunggal. 


"Kedua, sifat. Walau dalam nama sifat itu sama dengan yang disandang oleh manusia, tetapi substansinya berbeda dengan sifat dan kadar makhluk lainnya," ungkapnya. 


Sementara, keesaan dalam perbuatan, artinya bahwa semua yang terjadi di dunia ini karena diciptakan oleh Allah SWT. Tidak ada yang bisa tanpa seizin-Nya. 


Ketiga keesaan ini menurut Quraish Shihab melahirkan keesaan dalam beribadah. 


"Keesaan dalam beribadah kepadanya menjadikan seseorang melakukan sesuatu demi karna Allah. Atau demi apa yang diperintahkan dan seizin Allah," ucap cendikiawan muslim ini diakhir renungannya.


Kebebasan berkehendak

Sayyid Mujtaba Musawi mengutip Imam Ali bin Abi Thalib dalam kitab Nahjul Balaghah pernah ditanya apakah Allah mengatur perbuatan manusia dan juga mentakdirkan sepenuhnya nasib manusia, Imam Ali menjawab, “Seandainya segala perkara seperti itu dan setiap ketentuan sudah diputuskan (dimana manusia tidak memiliki kehendak bebasnya,) maka batallah hukum pahala dan dosa, gugurlah janji dan ancaman yang dibawa oleh Nabi Muhammad, sesungguhnya Allah Ta’ala telah memerintahkan hamba-hambanya dengan memberikan kebebasan memilih (takhyīran)” (Musawi, 2004).


Dengan berdasarkan keterangan dari Imam Ali di atas, menyiratkan bahwa sebenarnya kebebasan adalah fitrah manusia. Manusia diberikan kebebasan mutlak untuk memilih dan mengambil jalan hidupnya. Sebab, jika manusia terkurung secara ketat oleh “qadar” atau takdir Tuhan, maka secara logis manusia tidak memiliki pilihan dalam hidupnya, sehingga tidak berguna para Nabi atau ulama menerangkan kepada manusia.


Dalam pandangan Islam, manusia pada dasarnya adalah makhluk yang bebas. Ia bebas untuk berpikir, bertindak, dan untuk memilih apa yang menjadi pilihannya. Ia bebas pula dalam mencari kebahagiaannya. Sebab, hanya dengan kebebasan kita meyakini tentang tanggung jawab dan pilihan atas tindakan manusia.


Akal dan Wahyu

Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang tertulis, yang di dalamnya

terdapat berbagai macam pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dari akal, dan

di dalam Al-Qur’an sendiri akal diberikan penghargaan yang tinggi. Tidak

sedikit ayat-ayat yang menganjurkan dan mendorong manusia supaya banyak

berfikir dan memepergunakan akalnya. Kata-kata yang dipakai dalam Al-

Qur’an untuk menggambarkan perbuatan berfikir, bukan hanya ‘aqala saja.

1

Al-Quran menyebutkan kurang lebih 49 kata ‘aql yang muncul secara

variatif. Semua kata tersebut diungkapkan dalam bentuk kata kerja (fi’il) dan

tak pernah disebut dalam bentuk masdar, akan tetapi semuanya berasal dari

kata dasar ‘aql