diskusi

Diskusi sejara pemikiran imam Asy'ari sebagai madzhab aqidah aswaja

Diskusi sejara pemikiran imam Asy'ari sebagai madzhab aqidah aswaja

oleh 2003401051053 WILDAN HASANI -
Jumlah balasan: 0

Saat ini, umat Islam sering kali disibukkan oleh berbagai perdebatan teologis, berbagai perdebatan yang sebenarnya telah juga banyak dibahas di masa silam. Salah satu tema yang sering kali memantik kontroversi dan perdebatan ialah perbincangan seputar konsep tauhid. Terdapat sekurang-kurangnya dua kelompok dengan pendekatan yang berbeda dalam pembahasan konsep tauhid di kalangan ahlussunnah wal jama’ah. Pertama: pendekatan mereka yang mewarisi tradisi Ilmu Kalam. Bagi sebagian kalangan, Ilmu Kalam dianggap terlalu rasional dan dianggap abai terhadap pendekatan teks dalam pembahasan konsep akidah. Kelompok ini biasanya diidentifikasi sebagai pengikut madzhab Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (w. 324/936) dan sebagian lainnya sebagai penganut madzhab Abu Mansur Al-Maturidi (w. 333/944). Kedua, di sisi berbeda, terdapat golongan lain yang cenderung menjadi ”rekan kritis” dari pewaris tradisi Kalam ini. Pada masa lalu, kelompok ini ialah sebagian pengikut madzhab Imam Ahmad bin Hanbal (w. 241/855), yang posisi teologisnya mendapat penjelasan dan pembelaan secara luas dan rasional dari seorang alim madzhab Manbali di abad 8 Hijriah, Ibn Taymiyah (w. 728/-1328).
 
Syekh Mushthafa Abd Al-Raziq (w. 1366/1947) menilai bahwa “persaingan” kedua aliran pemikiran teologis ini menandai kebangkitan wacana teologi Islam kontemporer.1 Persoalannya: sering kali perdebatan yang terjadi menyebabkan salah satu pihak menyesatkan kawan bicaranya tanpa terlebih dahulu menimbang persoalan yang diperdebatkan, apakah hal itu termasuk di antara hal yang tidak boleh diperselisihkan atau sebaliknya? Dalam konteks inilah, diskusi mengenai konsep tauhid dalam pandangan Al-Asy’ari dan Ibn Taymiyah menemukan relevansinya. Konsep ini dipilih mengingat tauhid ini adalah persoalan mendasar dalam Islam. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah karena kekuranghati-hatian dalam menilai, sering kali hal ini menjadi alat pengkafiran terhadap kelompol yang lain. 
 
Tulisan ini memaparkan cara Imam Al-Asy’ari dan Ibn Taymiyyah merumuskan konsep tauhid serta menguraikan persamaan dan perbedaan di antara keduanya. Catatan penting dari perbandingan ini adalah perbedaan di antara kedua rumusan tersebut tidak sampai mengeluarkan salah satunya (serta pengikutnya) dari Ahlussunnah. Oleh karena itu, sebelum pembahasan konsep tauhid keduanya dipaparkan, terlebih dahulu akan dibentangkan pengertian ahlussunnah dan tolak ukurnya. Setelah itu, dipaparkan, secara terpisah, konsep tauhid menurut Imam Al-Asy’ari dan Ibn Taymiyyah. 
 
Pembahasan makalah ini diakhiri dengan beberapa catatan mengenai perbandingan sekilas konsep tauhid menurut keduanya dan sikap yang seharusnya diambil oleh umat Islam sekarang. Pandangan keduanya sebisa mungkin dipaparkan menggunakan kutipan dari sumber utama untuk meminimalkan penafsiran penulis. Khusus untuk pandangan Imam Al-Asy’ari, gagasan dari para pengikutnya juga akan dikutip dalam tema-tema yang tidak secara khusus dibicarakan oleh beliau. Pembahasan mengenai gagasan Ibn Taymiyyah hampir seluruhnya didasarkan atas karya beliau sendiri. Dengan demikian, tulisan ini adalah kajian deskriptif yang ditujukan tidak untuk mengevaluasi pandangan keduanya.